Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/wp-content/uploads/2012/12/Gipgip.gif |
Pada liburan musim panas tahun 2013 lalu saya berkesempatan mengisi liburan dengan magang di RS Dompet Dhuafa. Sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang rumah sakit ini. Setelah membaca sejarah dibangunnya rumah sakit ini, membuat saya semakin penasaran untuk cepat magang disana. Uniknya ternyata rumah sakit ini bukan bernama Rumah Sakit Dompet Dhuafa melainkan Rumah Sehat Dompet Dhuafa. ya... siapa yang mau berbaring lama di rumah ''sakit''? Dan kenapa namanya Dompet Dhuafa? Karena rumah sakit ini hanya melayani pasien yang kurang mampu. Biayanya pun ditanggung semua oleh rumah sakit. Bagaimana kita tahu bahwa orang tersebut benar-benar miskin atau hanya berpura-pura? Ketika pasien datang ke rumah sakit, pasien akan diminta data lengkap beserta alamatnya. Setelah itu tim lapangan akan meninjau langsung rumah pasien dan lingkungan rumah pasien, juga bertanya pada tetangga sekitar. Sehingga penipuan insyaAllah dapat dihindari.
Ada banyak cerita yang ingin saya bagi kepada teman-teman semua..
Hari pertama saya magang, saya tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin rumah sakit di Indonesia memang tidak terbiasa menerima mahasiswa kedokteran yang baru menginjak semester 2. Karena memang di Indonesia tidak ada peraturan seperti itu. Alhamdulillah semua staff disini baik sekali. Saya diajak oleh salah satu perawat untuk berkeliling rumah sakit dan diperkenalkan juga oleh perawat dan dokter disana. Rumah sakit ini masih sederhana, namun menurut saya untuk ukuran sederhana sudah sangat maksimal. Jangan membayangkan rumah sakit untuk orang kurang mampu sangat kotor dan bau. Disini tidak sama sekali. Kebersihan dan higienitas sangat di perhatikan. Ruangan untuk pasien laki-laki dan perempuan dipisah. Juga untuk anak-anak. Selama seminggu pertama bisa dibilang saya hanya mengikuti perawat. Mengamati kegiatan mereka. Terkadang juga ngobrol bersama pasien dan keluarga pasien.
Ada satu cerita ketika saya berkenalan dengan keluarga Bapak A. Bapak A tebaring lemas di tempat tidur. Beliau mengidap penyakit Hepatitis C. Saya pun hanya bisa mengobrol dengan istrinya. Istri Bapak A sangat tertarik sekali mengetahui saya adalah mahasiswa kedokteran dari Jerman. Saya pun dengan senang berbagi cerita dengan beliau. Selang beberapa hari, saya mendapati istri Bapak A sedang duduk di depan kamar pasien. Beliau tersenyum melihat saya. Namun terlihat dari raut wajahnya bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Saya pun menyapa beliau dan langsung pergi. Tak disangka, salah satu perawat mengatakan bahwa ternyata Bapak A baru saja meninggal. Tiba-tiba saya teringat baru saja istri bapak A tersenyum kepada saya. Baru juga beberapa hari yang lalu saya bertemu beliau bersama istri dan mengobrol bersama. Dan ternyata sang istri tersenyum ketika suaminya telah dinyatakan meninggal. Ada juga kejadian ketika saya melihat langsung proses penjemputan ajal seorang ibu. Dimana keluarga nya hanya bisa menangisi kepergiang sang ibu. Proses ketika frekuensi nafas yang dalam sekejap hilang membuat badan saya terasa lemas. Entah kenapa.. mungkin ini kali pertamanya saya merasakan ajal memang sangatlah dekat.
Cerita lain ketika saya sedang berkeliling di ruangan atas.. Tiba-tiba ada suara imut menyapa saya ''Halo teteh.....''. Saya pun langsung mendekatinya. Namanya Reyhan. Umurnya mungkin sekitar 3 tahun (maaf.. saya jelek dalam menebak umur hehe). Anak ini terlihat sangat ceria sekali. Benar saja.. neneknya bercerita kepada saya, bahwa Reyhan suka sekali menyapa orang yang dia lihat. Dokter dan perawat semua dia sapa denga panggilan Aa dan Teteh.. Malangnya Reyhan sudah yatim piatu dan hanya tinggal dengan neneknya. Nenek sayang sekali pada Reyhan. Menjaga selama Reyhan dirawat di rumah sakit. Saya melihat luapan cinta dari sang nenek pada cucunya..
bersama Reyhan :D |
Reyhan & Rifat |
Si kecil satu lagi bernama Rifat. Umurnya belum genap setahun. Rifat baru saja menjalani operasi di RSCM dan hari itu Rifat harus kembali ke RSCM untuk melakukan kontrol selanjutnya. Rifat dikirim ke RSCM oleh RS Dompet Dhuafa untuk menjalani operasi, biaya pun tetap ditanggung oleh RS Dompet Dhuafa.
Ada juga saat dimana saya merasa malaaaas sekali untuk pergi magang. Malas karena udaranya yang panas dan lembab juga polusi yang jarang saya temui disini. Tapi karena dorongan ibu saya, saya tetap pergi magang walaupun sudah telat 1 jam. Sesampainya di rumah sakit, saya kaget. Terdapat spanduk besar yang bertuliskan ''Friendship Visit Warmest Welcome H.E George Witschel'' dan banyak juga siswa berseragam putih biru berdiri berjejer dengan alat musik traditional. Ternyata hari ini ada kunjungan orang penting, pikir saya. Mengingat saya datang terlambat, saya pun bergegas pergi ke ruang jaga inap dan memulai melakukan tugas saya. Tak lama kemudian, datang seorang laki-laki mamakai kemeja batik sangat rapi dan meminta saya untuk ikut menerima kunjungan tamu. Saya heran kenapa saya juga harus ikut.. Ternyata... Bagai mendapat durian runtuh.. Tamu yang datang hari itu adalah Duta Besar Jerman dan saya diminta untuk membantu menjelaskan baik dalam bahasa jerman dan indonesia.. Melewati kerumunan orang, saya pun berdiri di sebelah Pak Dubes dan Pak Parni Hadi dan ikut berkeliling memperkenalkan rumah sakit kepada tamu hari itu. Pak Parni Hadi adalah salah satu pendiri Dompet Dhuafa Republika ini. Senang sekali rasanya saya bisa duduk dan berbincang bersama tokoh-tokoh penting pada hari itu. Saya juga bisa menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia pun mampu bersaing di Eropa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/ |
Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/ |
Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/ |
Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/ |
Tidak hanya mengunjungi rumah sakit, Pak Dubes juga diajak mengunjungi sekolah SMART Ekselensia Indonesia. Sekolah ini adalah sekolah yang didirikan juga oleh Dompet Dhuafa untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak Indonesia. SMART Ekselensia adalah sekolah asrama yang bebas biaya, juga akselerasi SMP-SMA 5 tahun. Ketika memasuki sekolah ini dan berkenalan dengan adik-adik di SMART Ekselensia, saya hanya bisa berdecak kagum melihat prestasi mereka, keaktifan mereka ketika diajak berbincang dengan Pak Dubes juga kemampuan bahasa inggris mereka yang tidak bisa diragukan lagi. Berkenalan dengan mereka rasanya seperti ada pompa semangat baru dalam hidup saya.
Papan pengumuman ekstrakulikuler di SMART Ekselensia |
Cerita lain ketika praktikum adalah ketika saya membantu khitanan. Ya pada hari RS Dompet Dhuafa mengadakan program khitanan massal dan terdaftar sekitar 100 anak. Pengalaman lucu ketika salah satu ''bocah'', perawakannya yang gemuk membuat saya gemas sekali melihatnya. Dia terlihat tenang dan santai. Saya pun menyapa nya dan membantu mengalihkan ketakutannya untuk di khitan. Anak ini pun ketawa ketawa dan bercanda bersama kami. Lucunya ketika sudah siap berbaring, dia mendengar teriakan dari kasur sebelah. Teriakan temannya karena sakit di khitan. Dia pun ikut menjerit dan memaksa tidak mau di khitan hanya karena mendengar jeritan temannya. Ada juga cerita unik lainnya. Biasanya mereka menangis dan menjerit tidak mau dikhitan. Ada seorang anak yang menangis dan berteriak ''ya Allah... ya Allah ampuni dosaku ya Allah.. aku janji ga nakal lagi.. ya Allah jangan marah sama aku ya Allah.. aku mau nurut sama Bapak''.. hehehe saya berpikir hebat sekali ayahnya mendidik anak ini.
Suasana khitanan masal di RS Dompet Dhuafa |
Dan terakhir saya berterima kasih juga kepada RS Dompet Dhuafa yang telah memberikan kesempatan saya melihat jalannya operasi. Dua operasi yang saya lihat yaitu operasi tulang paha atas dan operasi bibir sumbing.
Teringat pesan direktur RS Dompet Dhuafa, dokter Kukun, bahwa menjadi dokter bukanlah pekerjaan yang mudah. Akan banyak tekanan datang pada kita dari keluarga dan lingkungan. Orang akan melihat status sosial kita. Mempertanyakan status sosial dokter yang sehari-harinya menaiki kendaraan umum bukan kendaran pribadi. Apalagi status saya sebagai dokter lulusan jerman. Akan banyak tekanan dan sindiran jika kenyataan tidak sama dengan ekspektasi mereka. Dan dokter yang bekerja di Dompet Dhuafa adalah dokter-dokter pilihan. Karena jika hanya berorientasi uang, dokter akan tergoda untuk bekerja di rumah sakit mewah di luar sana. Tapi bekerja disini, mendapatkan gaji hanyalah sebagai bonus, gaji kita sebenarnya adalah pahala yang insyaAllah datang dari Allah SWT.
Inilah pengalaman saya di RS Dompet Dhuafa. Terima kasih banyak karena telah memberikan saya banyak pengalaman yang berarti selama saya magang disini.
No comments:
Post a Comment