Pages

Friday, October 24, 2014

Bewerbung fürs Humanmedizin Sommersemester 2015

Masih sama seperti dua tahun lalu, ada 9 Universitas yang membuka fakultas kedokteran di semester musim panas 2015 ini.
1. Berlin-Charité
2. Erlangen / Nürnberg
3. Gießen
4. Göttingen
5. Köln
6. Mainz
7. Münster
8. Tübingen
9. Würzburg
Perlu diingat bahwa pendaftaran Uni Göttingen TUTUP LEBIH AWAL dibanding universitas lainnya (31 Oktober 2014). Jadi sebaiknya persiapkan dokumen pendaftaran dari sekarang dan mendaftar secepatnya. Kebanyakan dari kita baru akan menulis FSP sekitar akhir bulan November. Kita bisa melampirkan keterangan dari Studienkolleg bahwa kita baru akan menulis FSP pada tanggal sekian ...... dan akan nachreichen FSP Zeugnisnya.

http://www.uni-goettingen.de/de/51427.html#noneu


Untuk Uni Mainz mereka punya persyaratan khusus untuk Ausländer, yaitu Anerkennung der Vorbildungnachweise. Kita cukup mengirimkan fotokopi rapor kita, lalu dalam waktu sekitar 1-3 bulan mereka akan mengirimkan Anerkennung ini. Anerkennung ini dikenakan biaya sekitar 50€. Sangat disarankan agar mengurus Anerkennung ini DARI SEKARANG. Karena pengalaman saya, dokumen ini datang satu hari setelah Bewerbungsfrist habis. Jadi... lebih cepat lebih baik 

http://www.studium.uni-mainz.de/bewerberinnen-mit-auslaendischen-zeugnissen/

Ah ja.... sebelum FSP-Phase dimulai, ada baiknya juga sambil santai mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan untuk mendaftar Uni. Barangkali dokumen terjemahan kita kurang dsb, sehingga kita masih punya cukup waktu untuk mengurusnya. Falls harus diurus di Indonesia.
Jika ada waktu senggang, iseng-iseng buka Website Universitas masing-masing, siapa tau ada persyaratan khusus dari mereka. Karena beberapa Universitas memiliki persyaratan yang berbeda-beda.

Zu­al­ler­letzt wünsche ich euch schönes Wochenende!!

Gießen, 24.10.2014
137-hari-sebelum-Physikum

*P.S maaf kalo bahasanya agak campur-campur :)

Sunday, October 19, 2014

Thyreoidektomie

Pagi itu seperti biasa saya datang ke ruangan operasi, sesuai panggilan Prof. Schwetlick jika ia membutuhkan saya. Ketika terburu-buru sampai ke ruangan operasi, Eugen salah satu teman saya mengatakan bahwa Prof. Schwetlick ingin saya membantu di ruangan operasi lain.. Dia bilang bahwa saya dipindah ke Ruangan 4 untuk operasi Stroma. Hmmm apa lagi itu Stroma. Saya belum mudeng. Agaknya file-file anatomi di otak saya sedang terkunci, tidak bisa mengingat pelajaran anatomi di semester lalu. Saya hanya berharap semoga ini bukanlah operasi yang sulit sehingga saya harus mengeluarkan tenaga penuh ketika membantu operasi.

Langsung saya bergegas mencuci tangan agar steril dan mengenakan baju operasi. Tak lama datanglah Frau Doktor Schaumann. Saya kenal beliau. Beliau termasuk salah satu Chirurgin yang ramah. Ternyata Frau Doktor datang bersama Herr Doktor Brückner. Ingatan saya mulai aktif kembali. Yaya... Herr Doktor Brückner adalah dokter kepala baru di bagian Viszeralchirurgie. 

Setelah semua persiapan operasi selesai, operasi pun segera dilaksanakan. Di sebelah kanan pasien berdiri Frau Doktor Schaumann dan sebelah kirinya Herr Doktor Brückner. Saya berdiri siap siaga di bagian kepala pasien, menunggu datangnya perintah dari para dokter. ''Schnitt!'', kata Herr Doktor, menandakan bahwa dia sudah memulai untuk ''membuka'' kulit pasien. Satu persatu perintah pun datang pada saya. Awalnya saya diperintah menahan lapisan kulit agar tetap terbuka, lalu semakin lama ke lapisan yang semakin dalam. Saya masih meraba-raba ini adalah operasi apa. Tentang kata Stroma yang saya ingat ada hubungannya dengan jaringan ikat. Namun... masih banyak file-file di otak saya yang terkunci. Saya masih belum mengerti.

Selama operasi berjalan sering sekali Herr Doktor Brückner meminta alat yang dia sebut ''Stimulation''. Setiap alat ini menyentuh bagian operasi, muncul di layar komputer nama nama syaraf atau bahkan tidak sama sekali, misalnya :

''N. laryngeus reccurens erkannt'' - N. laryngeus reccurens terdeteksi.
''kein Nerv erkannt'' - tidak ada syaraf terdeteksi.

hmmm.. sepertinya saya sudah bisa menerka apa yang akan para dokter ini lakukan dengan hal yang berkaitan dengan syaraf laryngeus reccurens. 

Operasi pun terus berjalan. Biasanya dalam operasi yang Prof. Schwetlick jalani, saya harus menahan lapisan otot dengan kait yang sangat keras bahkan sampai tangan, leher dan punggung saya sakit seharian. Untuk operasi yang ini saya tidak membutuhkan tenaga besar. Saya hanya cukup berdiri dan menahan lapisan kulit atau lemak agar tetap terbuka. Sayangnya muncul masalah baru, saya ngantuk... Sampai Frau Doktor Schaumann sempat menegur saya, ''Halten Sie, wie ich sie Ihnen geben und nicht schlafen.'' ''tolong tahan kaitnya sebagaimana saya kasih ke anda dan tolong jangan tidur.'' 

Satu setengah jam sudah operasi berlalu, sampai akhirnya ada satu struktur tubuh yang berhasil dikeluarkan oleh para dokter ini. Struktur yang saya kenal dan sering saya lihat di buku anatomi. Kelenjar tiroid! Oh... ternyata ini adalah operasi pengangkatan tiroid. Dan saya pun baru ngeh, ternyata yang Eugen maksud bukanlah Stroma tetapi Struma. Ya.. Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid atau lebih kita kenal dengan penyakit gondok. Untung saja para dokter tidak tahu kalau saya sebenernya bingung sedang ikut melakukan operasi apa. ckckck sepertinya telinga saya harus dibuat lebih tajam agar bisa mengerti bahasa jerman dengan baik :D

Gießen, 19.10.2014

142-hari-sebelum-Physikum

Tuesday, October 14, 2014

Menyusup Kuliah di Fakultas Kedokteran UI

Sebenarnya kejadian ini terjadi tahun lalu, ketika saya sedang menikmati liburan musim panas di Indonesia.  Ceritanya berawal dari ajakan Mba Nana untuk menjadi tamu di forum keputrian mahasiswi UI. Sedikit cerita tentang Mba Nana, nama lengkap beliau adalah Radiana Antarianto. Beliau adalah dosen di FKUI dan kami berkenalan ketika Mba Nana sedang menjalani program S3 nya. Mba Nana adalah kaka saya di Hannover, beliau mengenali saya banyak hal diminggu-minggu awal saya tinggal di Jerman. Teringat perbincangan saya tentang mendidik anak di negeri minoritas bersama Mba Nana dan suaminya Mas Jahar, membuat saya memiliki pandangan-pandangan baru tentang eropa. Mba Nana juga pernah mengajak saya berkeliling MHH (Medizinische Hochschule Hannover) dan Uni Kliniknya, saat itu adalah kali pertama saya melihat kehidupan rumah sakit di Jerman.

Kembali ke cerita awal, karena ajakan Mba Nana saya datang ke forum keputrian tersebut. Kami diminta untuk sharing mengenai pengalaman kami di Jerman, seputar kehidupan dan seputar kuliah kedokteran. Agak gugup campur senang sih bisa berbicara di depan para mahasiswi Fakultas Kedokteran UI. Rasanya keinginan saya untuk bisa mengenyam pendidikan disana pun belum hilang.

Setelah acara pun selesai, malu-malu tapi mau, saya berkenalan dengan para mahasiswi tersebut dan bertanya apakah saya boleh mengikuti kuliah mereka. Kebetulan sekali, saat itu mereka akan mengikuti kuliah Biokimia. Saya pun langsung ditarik oleh mereka ke ruangan kuliah. Ketika memasuki ruangan saya merasa semua mahasiswa mengamati saya. Mungkin aneh melihat muka baru disini. Saya pun langsung mengambil tempat duduk dekat teman-teman baru saya. Satu dua menit pertama saya hanya mengamati situasi kuliah. Melihat mahasiswa paling depan yang serius mendengarkan dosennya berbicara, namun ada juga mahasiswa yang jiwa dan raga nya sudah terpisah alias tidak bisa berkonsentrasi lagi. Hmmm...  sama persis seperti disini, pikir saya. Saya pun mencoba berkonsentrasi mendengan apa yang dosen terangkan pada hari itu. Tapi gak bisa... saya belum belajar pelajaran biokimia.. dan.. Oh My God.. bahasanya berubah semua. Saya merasa aneh mendengar kata Asam amino.. Saya belum bisa langsung mengerti bahwa yang dimaksud adalah Aminosäure dalam bahasa jerman. Saya merasa asing dengan bahasa sendiri. Langsung pikiran saya melanglang buana. Bagaimana jika kelak saya bekerja di Indonesia, bagaimana saya bisa beradaptasi terhadap semuanya. Beradaptasi disipun rasanya tidak pernah selesai, nanti saya harus kembali beradaptasi dengan lingkungan sendiri. Akhirnya saya pun membuat rencana untuk datang ke toko buku dan membaca beberapa buku kedokteran dalam bahasa indonesia.

Tak terasa kuliah pun selesai. Saya lanjut berkenalan dengan mahasiswa dan mahasiswi lainnya dan bertukar kontak satu sama lain.  Ketika saya dan Nay, kenalan baru saya berjalan ke luar ruangan, ibu dosen yang membawa kuliah biokimia tadi menyapa kami. Beliau pun bertanya tentang ini dan itu, nama asing yang tidak saya mengerti. Saya mengira-mengira sepertinya yang disebutkan itu adalah nama acara atau organisasi di Fakultas Kedokteran UI. Selama obrolan berlangsung, saya hanya melemparkan senyuman dan menganggukan kepala, berusaha mengikuti alur pembicaran.

Lalu tiba-tiba ibu dosen pun bertanya kepada saya, “Kalo kamu ikut organisasi apa?“.

Haha rasanya saya ingin menertawakan diri sendiri, merasa bodoh ada disini.

Karena saya tidak punya alasan lain, saya pun menjawab, “Hehe.. maaf dok... saya disini sedang kunjungan aja.. mau liat rasanya kuliah di FKUI“.

Tak diragukan lagi sang dosen pun bertanya dimana saya kuliah.

Loh.. memangnya kamu kuliah dimana?“ tanya ibu dosen tersebut.

Saya kuliah di Jerman dok.. hehe.. disini ga keterima jadi kuliah kesana deh..‘‘, jawab saya sambil cengengesan.

Oalaaaah... kalo saya tau dari awal, hati-hati kamu kena bayaran karena ikut kuliah disini.“ jawab ibu dosen itu sambil tertawa.

Haaaah lega rasanya, ternyata ibu dosen itu tidak marah karena saya mengikuti kuliahnya. Bahkan beliau sepertinya penasaran tentang sistem perkuliahan di Jerman. Akhirnya saya pun bisa benar-benar mengikuti alur pembicaran bersama ibu dosen tersebut. Sampai akhirnya saya berpamitan karena harus mengejar kereta pulang ke Bogor. Senang sekali akhirnya saya bisa merasakan kuliah di Fakultas Kedokteran UI, merasakan duduk bersama mahasiswa lainnya, walaupun tidak lebih dari dua jam. Alhamdulillah.. status saya sekarang juga sebagai mahasiswa kedokteran, meskipun bukan di Universitas yang seperti awal saya impikan.


Gießen, 14.10.2014

147-hari-sebelum-Physikum

Saturday, October 11, 2014

Latihan Anamnesis

Quelle : http://www.meine-gesundheitsakademie.de/
''Herr Wimmel!!'', saya memanggil nama pasien tersebut, ''bitte setzen Sie sich'' (Silahkan anda duduk).

Hari ini saya mendapat pasien baru. Bukan sekedar baru, karena pasien ini adalah pasien pertama saya. Pasien pertama saya selama saya menginjakkan kaki dalam pendidikan dokter. Ya.. pada hari itu kami melakukan latihan anamnesis. Kami akan dihadapkan oleh seorang pasien yang kami belum ketahui keluhannya. Disana akan dilihat bagaimana kemampuan kami berkomunikasi dengan pasien.

Pria itu pun masuk ke ruangan praktek saya. Saya menjabat tangannya dan mempersilahkan ia duduk. Anamnesa pun dimulai..

''Ja Herr Wimmel, was kann ich für Sie tun?'' (ya Pak Wimmel, ada yang bisa saya bantu?), tanyaku pada pasien. 

''Sie müssen mir helfen, Frau Doktor. Ich weiß es nicht... seit ein Paar Wochen kann ich nicht richtig schlafen... ich brauche unbedingt Ihre Hilfe'' (Anda harus membantu saya bu dokter.. Saya ga tau... sudah beberapa minggu saya tidak bisa tidur nyenyak.. Saya sangat butuh bantuan anda), keluh Pak Wimmel.

Hmmmm... jantung saya mulai berdetak tidak karuan.. Saya grogi.. 16 pasang mata sedang mengamati saya. Mengamati cara saya berkomunikasi dengan pasien. Mungkin syaraf-syaraf di otak saya saat itu sedang sibuk mengumpulkan kosakata bahasa jerman dan mencoba menyusunnya dalam sebuah kalimat. Lalu syaraf yang lain memberontak, mengeluh kenapa tidak menggunakan bahasa indonesia saja yang jauh lebih gampang. Saya pun pasrah.. jalani saja..

Saya mulai mengumpulkan data-data pasien tersebut.. Bagaimana kondisi nya ketika tertidur, sesak napas atau tidak. Apakah tidurnya terbagi-bagi sehingga ia harus terbangun di tengah malam. Pak Wimmel juga bercerita tentang pekerjaannya, bahwa ia sering mendapatkan tekanan dari bos nya. Namun ketika saya bertanya lebih dalam, ia merasa bahwa tekanan dalam pekerjaan tidak mempengaruhi kualitas tidurnya.

Seketika saya merasa sedang menjadi detektif. Seperti detektiv Conan, komik kesukaan saya. Otak saya berputar memikirkan kemungkinan lainnya. Saya melanjutkan pertanyaan mengenai situasi keluarga. Pak Wimmel bercerita bahwa dia sudah bercerai dengan istrinya. Sejak perpisahaan itu ia tidak berhubungan baik lagi dengan mantan istrinya. NAH!!! Hati saya bergembira. Ini lah sebabnya Pak Wimmel tidak bisa tidur. Ia stress atau depresi karena telah pisah dengan istrinya. Saya pun bersemangat dan bertanya lebih dalam.

''Seit wann haben Sie sich mit ihrer Frau getrennt, wenn ich wissen darf?'' (Sejak kapan anda bercerai dengan istri anda, jika saya boleh tau?) , tanyaku semangat.

''Das war schon lange her Frau Doktor, 10 Jahren..'' (Itu sudah lama bu dokter.. kira-kira 10 tahun yang lalu), jawab Pak Wimmel.

Hati saya kembali menciut. Tidaaakkkkkk...!! Ingin rasanya pergi dari ruangan ini. Bingung mencari alasan dari kesulitan tidurnya Pak Wimmel. Sayangnya saya tidak boleh melakukan hal itu. Saya meneruskan kembali anamnesa. Bertanya mengenai hubungan Pak Wimmel dengan anaknya, bertanya apakah Pak Wimmel perokok, mengkonsumsi alkohol atau gemar meminum kopi. Saya juga bertanya apakah lingkungan sekitar rumahnya berisik. Semua pertanyaan sudah saya lontarkan kepada Pak Wimmel. Dan selanjutnya saya pun terdiam. Skakmat. Resah tidak tahu harus melakukan apa..

Sampai Pak Wimmel pun kembali membuka mulutnya..

''Frau Doktor.. Ich habe aber noch Mutter.......'' (Bu dokter.. tapi saya juga masih punya ibu..), kata Pak Wimmel dengan suara pelan.

''äähhmmm..'', saya berdeham menandakan bahwa saya ingin mendengar ceritanya lebih lanjut.

Pak Wimmel pun melanjutkan ceritanya. Bercerita bahwa akhir-akhir ini sang ibu sering masuk rumah sakit. Dokter pun menyarankan agar ibunya dipindahkan ke panti jompo. Masalahnya Pak Wimmel tidak punya cukup uang untuk membiayai ibunya di panti jompo. Dan sejak saat itu Pak Wimmel sulit untuk tertidur.

Dalam hati saya ingin berterima kasih sedalam-dalamnya kepada Pak Wimmel karena telah membantu saya mendiagnosa faktor kesulitan tidurnya. Setelah itu saya pun memberikan saran-saran bagaimana agar Pak Wimmel mudah tertidur di malam hari dan selanjutnya saya kirimkan Pak Wimmel kepada ahli terapi untuk mengatasi depresinya.

Anamnesa pun selesai, diagnosa akibat depresi pun ditemukan. Saya berharap Pak Wimmel keluar ruangan praktek saya dengan perasaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Semenjak latihan anamnesis ini.. Saya menyadari betapa sulitnya berkomunikasi dengan pasien. Betapa sulitnya jika bahasa kami tidak menyatu. Jika perasaan si dokter tidak bisa ikut mengalir bersama perasaan si pasien. Betapa sulitnya membuat pasien percaya, untuk dapat menceritakan semua keluhannya kepada dokter. Dan betapa sulitnya memahami pasien, yang datang dengan penuh harap, bahwa kita dapat membantu menyembuhkan penyakitnya..



Gießen, 11.10.2014
dua-hari-sebelum-ujian-psikologi

Thursday, October 2, 2014

Magang di RS Dompet Dhuafa

Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/wp-content/uploads/2012/12/Gipgip.gif
Pada liburan musim panas tahun 2013 lalu saya berkesempatan mengisi liburan dengan magang di RS Dompet Dhuafa. Sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang rumah sakit ini. Setelah membaca sejarah dibangunnya rumah sakit ini, membuat saya semakin penasaran untuk cepat magang disana. Uniknya ternyata rumah sakit ini bukan bernama Rumah Sakit Dompet Dhuafa melainkan Rumah Sehat Dompet Dhuafa. ya... siapa yang mau berbaring lama di rumah ''sakit''? Dan kenapa namanya Dompet Dhuafa? Karena rumah sakit ini hanya melayani pasien yang kurang mampu. Biayanya pun ditanggung semua oleh rumah sakit. Bagaimana kita tahu bahwa orang tersebut benar-benar miskin atau hanya berpura-pura? Ketika pasien datang ke rumah sakit, pasien akan diminta data lengkap beserta alamatnya. Setelah itu tim lapangan akan meninjau langsung rumah pasien dan lingkungan rumah pasien, juga bertanya pada tetangga sekitar. Sehingga penipuan insyaAllah dapat dihindari.

Ada banyak cerita yang ingin saya bagi kepada teman-teman semua..

Hari pertama saya magang, saya tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin rumah sakit di Indonesia memang tidak terbiasa menerima mahasiswa kedokteran yang baru menginjak semester 2. Karena memang di Indonesia tidak ada peraturan seperti itu. Alhamdulillah semua staff disini baik sekali. Saya diajak oleh salah satu perawat untuk berkeliling rumah sakit dan diperkenalkan juga oleh perawat dan dokter disana. Rumah sakit ini masih sederhana, namun menurut saya untuk ukuran sederhana sudah sangat maksimal. Jangan membayangkan rumah sakit untuk orang kurang mampu sangat kotor dan bau. Disini tidak sama sekali. Kebersihan dan higienitas sangat di perhatikan. Ruangan untuk pasien laki-laki dan perempuan dipisah. Juga untuk anak-anak. Selama seminggu pertama bisa dibilang saya hanya mengikuti perawat. Mengamati kegiatan mereka. Terkadang juga ngobrol bersama pasien dan keluarga pasien. 

Ada satu cerita ketika saya berkenalan dengan keluarga Bapak A. Bapak A tebaring lemas di tempat tidur. Beliau mengidap penyakit Hepatitis C. Saya pun hanya bisa mengobrol dengan istrinya. Istri Bapak A sangat tertarik sekali mengetahui saya adalah mahasiswa kedokteran dari Jerman. Saya pun dengan senang berbagi cerita dengan beliau. Selang beberapa hari, saya mendapati istri Bapak A sedang duduk di depan kamar pasien. Beliau tersenyum melihat saya. Namun terlihat dari raut wajahnya bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Saya pun menyapa beliau dan langsung pergi. Tak disangka, salah satu perawat mengatakan bahwa ternyata Bapak A baru saja meninggal. Tiba-tiba saya teringat baru saja istri bapak A tersenyum kepada saya. Baru juga beberapa hari yang lalu saya bertemu beliau bersama istri dan mengobrol bersama. Dan ternyata sang istri tersenyum ketika suaminya telah dinyatakan meninggal. Ada juga kejadian ketika saya melihat langsung proses penjemputan ajal seorang ibu. Dimana keluarga nya hanya bisa menangisi kepergiang sang ibu. Proses ketika frekuensi nafas yang dalam sekejap hilang membuat badan saya terasa lemas. Entah kenapa.. mungkin ini kali pertamanya saya merasakan ajal memang sangatlah dekat.

Cerita lain ketika saya sedang berkeliling di ruangan atas.. Tiba-tiba ada suara imut menyapa saya ''Halo teteh.....''. Saya pun langsung mendekatinya. Namanya Reyhan. Umurnya mungkin sekitar 3 tahun (maaf.. saya jelek dalam menebak umur hehe). Anak ini terlihat sangat ceria sekali. Benar saja.. neneknya bercerita kepada saya, bahwa Reyhan suka sekali menyapa orang yang dia lihat. Dokter dan perawat semua dia sapa denga panggilan Aa dan Teteh.. Malangnya Reyhan sudah yatim piatu dan hanya tinggal dengan neneknya. Nenek sayang sekali pada Reyhan. Menjaga selama Reyhan dirawat di rumah sakit. Saya melihat luapan cinta dari sang nenek pada cucunya..

bersama Reyhan :D
Reyhan & Rifat
Si kecil satu lagi bernama Rifat. Umurnya belum genap setahun. Rifat baru saja menjalani operasi di RSCM dan hari itu Rifat harus kembali ke RSCM untuk melakukan kontrol selanjutnya. Rifat dikirim ke RSCM oleh RS Dompet Dhuafa untuk menjalani operasi, biaya pun tetap ditanggung oleh RS Dompet Dhuafa.

Ada juga saat dimana saya merasa malaaaas sekali untuk pergi magang. Malas karena udaranya yang panas dan lembab juga polusi yang jarang saya temui disini. Tapi karena dorongan ibu saya, saya tetap pergi magang walaupun sudah telat 1 jam. Sesampainya di rumah sakit, saya kaget. Terdapat spanduk besar yang bertuliskan ''Friendship Visit Warmest Welcome H.E George Witschel'' dan banyak juga siswa berseragam putih biru berdiri berjejer dengan alat musik traditional. Ternyata hari ini ada kunjungan orang penting, pikir saya. Mengingat saya datang terlambat, saya pun bergegas pergi ke ruang jaga inap dan memulai melakukan tugas saya. Tak lama kemudian, datang seorang laki-laki mamakai kemeja batik sangat rapi dan meminta saya untuk ikut menerima kunjungan tamu. Saya heran kenapa saya juga harus ikut.. Ternyata... Bagai mendapat durian runtuh.. Tamu yang datang hari itu adalah Duta Besar Jerman dan saya diminta untuk membantu menjelaskan baik dalam bahasa jerman dan indonesia.. Melewati kerumunan orang, saya pun berdiri di sebelah Pak Dubes dan Pak Parni Hadi dan ikut berkeliling memperkenalkan rumah sakit kepada tamu hari itu. Pak Parni Hadi adalah salah satu pendiri Dompet Dhuafa Republika ini. Senang sekali rasanya saya bisa duduk dan berbincang bersama tokoh-tokoh penting pada hari itu. Saya juga bisa menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia pun mampu bersaing di Eropa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/
Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/


Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/

Sumber : http://www.rumahsehatterpadu.or.id/photonews/kunjungan-duta-besar-jerman/

Tidak hanya mengunjungi rumah sakit, Pak Dubes juga diajak mengunjungi sekolah SMART Ekselensia Indonesia. Sekolah ini adalah sekolah yang didirikan juga oleh Dompet Dhuafa untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak Indonesia. SMART Ekselensia adalah sekolah asrama yang bebas biaya, juga akselerasi SMP-SMA 5 tahun. Ketika memasuki sekolah ini dan berkenalan dengan adik-adik di SMART Ekselensia, saya hanya bisa berdecak kagum melihat prestasi mereka, keaktifan mereka ketika diajak berbincang dengan Pak Dubes juga kemampuan bahasa inggris mereka yang tidak bisa diragukan lagi. Berkenalan dengan mereka rasanya seperti ada pompa semangat baru dalam hidup saya. 




Papan pengumuman ekstrakulikuler di SMART Ekselensia

Cerita lain ketika praktikum adalah ketika saya membantu khitanan. Ya pada hari RS Dompet Dhuafa mengadakan program khitanan massal dan terdaftar sekitar 100 anak. Pengalaman lucu ketika salah satu ''bocah'', perawakannya yang gemuk membuat saya gemas sekali melihatnya. Dia terlihat tenang dan santai. Saya pun menyapa nya dan membantu mengalihkan ketakutannya untuk di khitan. Anak ini pun ketawa ketawa dan bercanda bersama kami. Lucunya ketika sudah siap berbaring, dia mendengar teriakan dari kasur sebelah. Teriakan temannya karena sakit di khitan. Dia pun ikut menjerit dan memaksa tidak mau di khitan hanya karena mendengar jeritan temannya. Ada juga cerita unik lainnya. Biasanya mereka menangis dan menjerit tidak mau dikhitan. Ada seorang anak yang menangis dan berteriak ''ya Allah... ya Allah ampuni dosaku ya Allah.. aku janji ga nakal lagi.. ya Allah jangan marah sama aku ya Allah.. aku mau nurut sama Bapak''.. hehehe saya berpikir hebat sekali ayahnya mendidik anak ini. 



Suasana khitanan masal di RS Dompet Dhuafa

Dan terakhir saya berterima kasih juga kepada RS Dompet Dhuafa yang telah memberikan kesempatan saya melihat jalannya operasi. Dua operasi yang saya lihat yaitu operasi tulang paha atas dan operasi bibir sumbing. 




Teringat pesan direktur RS Dompet Dhuafa, dokter Kukun, bahwa menjadi dokter bukanlah pekerjaan yang mudah. Akan banyak tekanan datang pada kita dari keluarga dan lingkungan. Orang akan melihat status sosial kita. Mempertanyakan status sosial dokter yang sehari-harinya menaiki kendaraan umum bukan kendaran pribadi. Apalagi status saya sebagai dokter lulusan jerman. Akan banyak tekanan dan sindiran jika kenyataan tidak sama dengan ekspektasi mereka. Dan dokter yang bekerja di Dompet Dhuafa adalah dokter-dokter pilihan. Karena jika hanya berorientasi uang, dokter akan tergoda untuk bekerja di rumah sakit mewah di luar sana. Tapi bekerja disini, mendapatkan gaji hanyalah sebagai bonus, gaji kita sebenarnya adalah pahala yang insyaAllah datang dari Allah SWT.

Inilah pengalaman saya di RS Dompet Dhuafa. Terima kasih banyak karena telah memberikan saya banyak pengalaman yang berarti selama saya magang disini. 


Wednesday, October 1, 2014

Hessen juga cantik, kok!



Hessen adalah salah satu negara bagian di Jerman. Hessen termasuk negara bagian yang cukup padat, dengan ibu kota di Wiesbaden dan dengan salah satu kota terpadatnya Frankfurt am Main. Hessen memiliki luas sekitar 21.114,94 km2. Letaknya yang berada di tengah membuat Hessen sebagai kota favorit untuk dikunjungi. 

Berhubung tiket transportasi saya gratis di negara bagian Hessen ini, saya sempat menjelajahi beberapa kota dan menikmati keindahan alamnya.

  •  KASSEL










  • FULDA




  • GIEßEN


  • DARMSTADT


  • FRANKFURT am MAIN


So, kapan teman-teman main ke Hessen? :)

Sistem Kuliah Kedokteran di Jerman


Sebenarnya impian awal saya setelah lulus SMA adalah kuliah kedokteran di Universitas Indonesia. Ternyata Allah SWT berkehendak lain dan menempatkan saya menjadi mahasiswi kedokteran di Justus Liebig University Giessen, Jerman. Dalam tulisan ini saya akan menjelaskan tentang sistem kuliah kedokteran di Jerman (khususnya Giessen).

Sampai saat ini terdapat dua sistem berbeda untuk mencapai pendidikan dokter di Jerman. Regelstudiengang dan Modelstudiengang. Perbedaan nya terdapat pada ujian negara dan sistem Blok. Dalam Modelstudiengang tidak ada ujian negara pertama (Physikum) dan sistem perkuliahannya menggunakan sistem Blok. Misalnya bagian pertama belajar mengenai Jantung. Mahasiswa dituntut mempelajari Jantung dari sisi Anatomi, Fisiologi dan Pathologi nya. Lalu bagaimana sistem Regelstudiengang?

Universitas saya menggunakan sistem ini, ya.. Regelstudiengang. Semester 1-4 adalah Pre-Klinik dan 5-10 adalah Klinik.

Semester 1


Pada awal semester 1 di JLU (singkatan dari nama universitas saya) terdapat program Einführungswoche. Disini semua mahasiswa baru diperkenalkan bagaimana lingkungan kampus, organisasi-organisasi kampus, juga mendapatkan informasi seperti buku apa saja yang biasa digunakan oleh mahasiswa, bagaimana trik belajar, tips agar lulus ujian. Para Tutor juga menceritakan karakter masing-masing dosen. Tak lupa juga mahasiswa baru mendapatkan Stetoskop gratis dari Doccheck buku dan pulpen gratis dari berbagai sponsor.


Mata pelajaran yang didapat di Semester 1 adalah :

  1. Biologi (lecture + praktikum)
  2. Anatomi + Histologi (membedah mayat + lecture)
  3. Terminologi (Seminar)
  4. Kimia (lecture)
  5. Fisika (lecture)
  6. Berufsfelderkundung (Seminar + pelatihan/hospitation)
  7. Psikologi & Sosiologi (lecture)
dan ujian yang ditulis di semester 1
  1. Biologi 1 & 2 
  2. Anatomi dasar & sistem pergerakan tubuh (ujiian lisan)
  3. Terminologi
  4. Kimia
  5. Fisika
ya.. di bulan ke dua perkuliahan mahasiswa sudah kontak langsung dengan mayat.. yang pasti ini mayat asli.. hehehe. 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Setiap siswa memiliki daerah bedah masing-masing. Misalnya saya pertama kali memilih bagian kaki. Awalnya saya rasa akan menarik. Namun ternyata salah. Karena di bagian kaki, terutama telapak kaki adalah bagian yang sulit untuk dibedah. Disitu juga terdapat banyak pembuluh darah dan syaraf yang strukturnya sangat kecil, dan pastinya tidak boleh kita potong atu bahkan dibuang. Tugas mahasiswa adalah mengenali setiap struktur tubuh manusia misalnya otot, syaraf, pembuluh darah beserta nama dan fungsi serta organ lainnya. Pertama-tama kami harus memisahkan kulit dengan lapisan dibawahnya. Agak sulit untuk memisahkan kulitnya dan akan tercium bau amis bila mayat tersebut memiliki lemak yang berlebih. Setelah kulit terpisah, kami harus mengenali otot beserta syaraf dan pembuluh darah yang melewatinya. Jika pembedahan sudah jauh, kami mulai membedah organ dalam seperti paru-paru, jantung, usus, hati dan organ lainnya.

Alat ''bedah'' yang biasa mahasiswa gunakan.
Sumber : http://cdn2.spiegel.de/images/image-46415-panoV9-caun.jpg

Sumber : http://www.haz.de/Nachrichten/Wissen/Uebersicht/Leichen-fuer-die-Medizin-kein-Mangel-an-Spendern
Kurang lebih beginilah suasana präp-Kurs (Kursus membedah) di universitas-universitas di Jerman. Mayat yang digunakan adalah mayat yang didonasikan langsung biasanya oleh keluarga. Tertulis dalam artikel sumber foto di atas, bahwa Jerman tidak pernah kekurangan mayat untuk dipakai sebagai bahan pelajaran mahasiswa kedokteran. Bahkan banyak keluarga yang menawarkan mayat keluarganya, walaupun rumah sakit sudah memiliki cukup ''stock'' saat itu.

Semester 2

Mata pelajaran :
  1. Kimia (praktikum)
  2. Fisika (praktikum, sebelum memulai praktikum mahasiswa akan diberi pertanyaan dan jika tidak bisa menjawab akan dikeluarkan dari ruangan dan tidak boleh mengikuti praktikum pada hari tersebut)
  3. Anatomi + Histologi (lecture + praktikum)
  4. Fisiologi (lecture)
  5. Biokimia (lecture)
  6. EKM (seminar, bertujuan mengenalkan mahasiswa dalam lingkungan klinik dan rumah sakit)
  7. Psikologi (lecture)
Ujian :
  1. Kimia
  2. Fisika
  3. Anatomi + Histologi (Kepala-Leher-Thorax, Organ dalam)
  4. Wahlfach
 Semester 3

Mata pelajaran :
  1. Anatomie + Histologi (lecture + praktikum)
  2. Fisiologi (lecture + praktikum + seminar)
  3. Biokimia (lecture + Seminar)
  4. Psikologi (seminar)
Ujian :
  1. Fisiologi
  2. Biokimia
  3. Anatomi + Histologi (Sistem syaraf dan otak manusia)
  4. Psikologi & Sosiologi
Semester 4
  1. Biokimia (Praktikum + Lecture + Seminar)
  2. Fisiologi (Seminar + Lecture)
  3. Psikologi (Praktikum + Seminar + Lecture)
Ujian :
  1. Biokimia

Sebelum memasuki semester klinik, kami harus melakukan ujian kedokteran bagian pertama yang dikenal dengan nama PHYSIKUM. Ujian ini adalah ujian yang ditakuti hampir semua mahasiswa semester 4. Pasalnya jika tidak lulus, mahasiswa tidak dapat melanjutkan ke semester berikutnya. Kesempatan untuk melakukan ujian ini juga terbatas, hanya 3 kali. Jika ada yang tidak lulus setelah 3 kali ujian terpaksa harus pindah ke jurusan lain yang tidak ada mata pelajaran yang sama seperti di kedokteran. Jadi mahasiswa terpaksa harus membanting stir ke jurusan misalnya seni atau filsafat. Sekitar bulan Maret 2015 nanti saya juga akan menulis Physikum ini, mohon doanya agar saya lulus dalam kesempatan pertama dan langsung masuk ke semester klinik di bulan April 2015 nanti :D

Oh ya.. syarat agar bisa menulis physikum adalah lulus ujian-ujian semester yang tertulis diatas. Selain itu mahasiswa juga harus melakukan Pflegepraktikum selama 3 bulan di Rumah Sakit dan melakukan pelatihan Erste Hilfe Kurs (kursus pelatihan pertolongan pertama). Buat temen-temen yang penasaran apa itu Pflegepraktikum dan apa saja yang harus kita lakukan, bisa baca di http://syifamaisani.blogspot.de/2014/02/praktikumstage.html :)

Bagian Klinik dilakukan mulai semester 5-10. Setelah itu mahasiswa menulis ujian kedokteran bagian ke dua. Setelah lulus dari ujian tersebut mahasiswa melakukan Praktisches Jahr atau mmungkin di Indonesia dikenal sebagai KOAS. Sayangnya saya belum mencapai semester klinik, jadi belum bisa berbagi cerita tentang ini dengan detail :) mungkin ada teman-teman yang bisa menmbahkan?

Atau mungkin bercerita tentang sistem perkuliahan di kota/negara nya? ;)