Pages

Wednesday, April 27, 2016

Depresi & Hubungan Cinta

Hari Rabu adalah jadwal Praktikum Psychosomatik para mahasiswa kedokteran Semester 7 Uni Gießen. Kali ini kita kedatangan pasien pria yang sudah dirawat 6 minggu lama nya di Uni Klinikum Gießen. Sekedar info, Ilmu Psychosomatik adalah ilmu yang menghubungkan antara jiwa dan badan. Ilmu ini menegaskan bahwa faktor psikologis memiliki peranan penting terhadap muncul dan berkembangnya rasa sakit pada tubuh. 

Saya ambil contoh ada seorang pasien yang mengalami keluhan sakit pada pergelangan tangannya. Dokter Orthopädie mendiagnosa pasien ini memiliki Karpal-Tunnel-Syndrom atau istilah awamnya saraf kejepit pada pergelangan tangan. Hasil foto mendukung diagnosa ini, dan pasien pun di operasi. Namun setela operasi sakitnya malah bertambah. Menjalar sampai ke bahu. Bahkan setelah beberapa minggu, sakitnya sampai menyerang punggung. Diagnosa para dokter tidak ada yang bermasalah pada organ tubuhnya, punggung, daerah bahu dan tangan semua normal. Namun pasien tetap mengeluh kesakitan, bahkan tangannya tidak bisa ia gerakkan sedikitpun. Setelah beberapa kali kunjungan dokter, pasien pun pergi ke ahli psikosomatik. Setelah melalui anamnesa dan pemeriksaan lanjutan, diketahuilah bahwa sakit berlebihan yang menyerang tangan dan punggungnya berasal dari keadaan psikis si pasien. Sebenarnya semua baik-baik saja. Karpal-Tunnel-Syndrom pun sudah ditangani. Tapi sakit itu datang terus menerus dari stress yang ia miliki dan keadaan depresi terhadap masalah yang terjadi di kantornya. Hal ini membuat tubuh terasa sakit dan seakan-akan datang murni dari organ tubuh yang bermasalah.

Kembali ke Praktikum Psychosomatik hari ini. Pasien pria kami berusia sekitar 20-an. Dengan asiknya ia masuk ke ruangan praktikum kami sambil menggunakan Headphone dan menyapa kami dengan gaya khas anak muda, ''Hallo zusammen.. Moin!''.

Setelah mengambil tempat duduk dan melepaskan Headphone dari kepalanya, anak muda ini pun memulai cerita tentang penyakitnya. 

''Ya.. saya seorang pelajar. Saya menkonsumsi Marijuana setiap hari karena saya merasa depresi. Lalu pada suatu hari saya merasa di titik akhir, dimana tubuh dan otak saya tidak lagi bisa bersahabat. Sampai akhirnya saya memberanikan diri datang ke Psikiater, dan disinilah saya. Dirawat sampai hari ini. Sudah 6 Minggu lamanya.Saya di diagnosa memiliki penyakit Psikomatik tingkat tengah''

 ''Saya tidak menyangka penyakit saya separah itu. Awalnya saya mengira hanya depresi biasa. Saya merasa depresi sudah sejak 3 tahun terakhir ini. Dan sudah setahun terakhir ini saya merasa muak dengan kehidupan ini. Tidak ada lagi orang yang bisa saya percaya. Saya merasa teman-teman saya hanya memanfaatkan saya untuk bahan tertawa. Dunia terasa menjijikan, tidak ada gunanya saya hidup lagi.''

''Depresi ini berawal 3 tahun lalu. Ketika saya memiliki sahabat perempuan. Saya dekat sekali dengannya. Kami tidak pernah bertengkar, kami selalu kompak. Kami saling mengerti, dan perempuan ini lah satu-satu nya orang yang saya percaya. Lebih dari keluarga saya sendiri. Sampai suatu hari saya berkenalan dengan seorang gadis. Saya sangat menyayanginya dan sahabat saya pun sangat mengerti pacar saya. Saya memutuskan untuk tinggal bersama pacar saya di sebuah rumah. Ketika perasaan saya sedang memuncak, sangat mencintai pacar saya. Saya mengetahui bahwa pacar saya memiliki hubungan khusus dengan sahabat saya ini. Ternyata mereka berdua adalah lesbian dan menjalin hubungan di belakang saya. Perasaan dikhianati oleh sahabat dan pacar sendiri membuat saya benar-benar jatuh. Saya mulai menghisap marijuana. Saya tidak pernah lagi pergi kuliah. Saya tidur seharian. Hingga pikiran-pikiran jahat muncul dalam pikiran saya. Ketika saya di Bus saya merasa semua orang memperhatikan saya dan ingin mencekam saya. Saya tidak pernah merasakan tenang dan berpikir saya mengidap penyakit parah. Sampai akhirnya saya pun mendarat di rumah sakit ini.''

Menyimak berita pasien itu menimbulkan banyak pertanyaan di kepala saya. Depresi akan cinta? Terhadap hubungan homoseksual? Bagaimana hubungan pasien ini dengan orangtuanya? Apakah dia percaya terhadap eksistensi Tuhan? 

Cerita seperti ini, putus asa akan cinta monyet juga sering terjadi di Indonesia. Dimana sebagian besar rakyatnya mengimani adanya Tuhan. Entah benar mengimani atau hanya mengaku-ngaku saja. 
Ada yang beritanya sampai bunuh diri, membunuh sang kekasih, atau membunuh si mantan dengan pacar barunya. Apakah sekarang tubuh dan nyawa manusia semurah ini harganya? Menyakiti dan membunuh semudahnya? Merusakkan diri dan jiwa seenaknya?


#tanyasendiri



Gießen, 27.04.2016

2 comments:

  1. Hallo kak.. kak, mau tanya dong tapi gak nyambung sama post nyaaaa.. kalau masuk studienkolleg dijerman nilai unnya harus berapa? Terus emang nanti nilai unnya dirata ratain sama nilai kelulusan studienkolleg buat daftar ke uni? Jawab ya kaaa pliiissss :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, saya lupa nilai minimal untuk masuk studienkolleg berapa. Tapi nilai UN itu hanya untuk seleksi agar bisa mendapatkan surat izin tes masuk studienkolleg. kalo untuk tes studienkolleg nya sendiri terpisah, namanya Aufnahmeprüfung.

      Delete