Sejenak saya menyadari, tiga wanita di kursi sebelah seperti membicarakan diri saya. Namun dengan bahasa yang tak saya mengerti. Bukan bahasa jerman, inggris, arab bahkan indonesia. Saya hadapkan wajah saya ke arah mereka dan melemparkan senyum yang agak ragu. Merekapun tersenyum balik lalu mengajak saya berbicara dengan bahasa yang saya tidak kenali.
"Me??.. Indonesia.. Ya, Indonesia..", ucap saya sambil menerka pertanyaan mereka. Rupanya mereka berbicara bahasa kurdi. Bahasa yang kerap digunakan di beberapa daerah negara Turki, Suriah, Irak dan Iran.
Mereka adalah pengungsi. Ya.. kali ini Jerman sedang dibanjiri oleh pengungsi dari negara-negara konflik sana. Di kota Gießen sendiri hampir di setiap sisi jalan, kalian akan menemukan sekelompok warga dengan wajah khas timur tengahnya. Dan siang ini saya bertemu mereka, khususnya tiga wanita yang sebelumnya membicarakan saya. Mungkin karena kami adalah saudara, terlihat dari tampak luarnya karena kami semua mengenakan jilbab. Ingin rasanya mengobrol dan mengajak berkeliling kota bersama, agar mereka tidak merasa asing di negara baru yang-dengan-terpaksa-mau-tidak-mau menjadi naungan mereka sementara. Sayangnya bahasa membatasi komunikasi kami.
Pemandangan saya beralih kepada sisi lain. Seorang lelaki tua yang duduk di depan saya, tertunduk. Ia sibuk bermain dengan whatsappnya, mengirimkan banyak sekali voicenote dalam setiap menitnya. Mengirimkan pesan dengan huruf arab gundul yang tentunya saya tidak mengerti. Mungkin ia sedang berkomunikasi dengan keluarga lainnya yang terpisah antar negara, yang juga mengungsi ke belahan dunia lain, atau bahkan masih berada di negara tercintanya yang dalam keadaan porak poranda. Barangkali pesan itu berisi kalimat kekhawatiran mengenai keadaan keluarganya, atau bahkan kalimat sayang untuk sekedar mengobati rindu akan mereka.
Teringat juga cerita salah teman saya asal turki. Ia bersama keluarganya dengan sigap membantu beberapa pengungsi yang baru datang ke kota Gießen setelah melalui perjalanan yang jauh. Tampak seorang wanita terlihat menangis. Wanita ini memiliki gangguan psikis karena tekanan yang dialami akibat konflik di negaranya. Disebelah wanita tersebut, terlihat juga sebuah kantong hitam yang cukup besar. Teman saya hampir berteriak, ketika menyadari isi karung itu adalah seorang bayi! Bayi dari wanita tersebut. Malang sekali nasib si bayi. Sang ibu pun hanya bisa menangis terus menerus. Ia seperti benar-benar ketakutan. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap dirinya dan bayi yang ia bawa. Bagaimana bisaaa??? tanya saya dalam hati.
Saya benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang mereka rasakan saat ini. Hati ini hanya bisa berontak marah, tidak mengerti apa yang saat ini sebenarnya terjadi. Sayangnya raga ini belum bisa berbuat banyak, walau jiwa sangat ingin berontak.
Saudaraku disana... bersabarlah.. إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan mohon maafkan saudaramu disini, yang belum bisa banyak membantu untukmu..
No comments:
Post a Comment