Ada yang berbeda di pengajian bulanan Oktober (10/10/15). Bersamaan dengan adanya Frankfurter Buchmesse juga datang para penulis buku dari Indonesia yaitu Asma Nadia dan Dian Pelangi. Pada kesempatan itu, ada semangat baru yang ditanamkan oleh kedua pembicara. Bahwa setiap dari kita seharusnya menulis atau merekam setiap hikmah atau kejadian yang kita alami. Menurut Asma, menulis adalah menyampaikan hal yang juga merupakan upaya untuk melipatgandakan amalan kecil yang kita punya.
Dalam menulis buku ada beberapa tantangan yang akan dihadapi. Adapun tantangan yang akan ditemui seperti bagaimana agar buku mampu menembus rumah produksi, dan setelah itu mempromosikannya. Beberapa buku dari Asma sudah diangkat ke layar lebar dan ada juga yang dibuat sinetron. Lewat karyanya ada dakwah yang disisipkan. Nilai-nilai moral dari karyanya pun dijaga hingga tidak melewati ketentuan syariat islam, baik dalam proses pembuatan film itu dan penyiarannya.
Saat menulis terkadang ada momen ketika si penulis kehabisan ide di tengah-tengah tulisan, hingga menjadi sulit untuk menyelesaikannya. Lalu kapankah waktu terbaik untuk menulis?, “ menulis seharusnya bisa dimana saja dan kapan saja. Sama seperti belajar, masing-masing pribadi mempunyai waktu dan keadaan tertentu yang membuatnya mampu fokus semaksimal mungkin,“ ujar Asma.
Selain itu Asma juga berbagi tips bagaimana untuk konsisten dalam menulis. Contohnya, mengembangkan kata dengan memperbanyak pustaka, mengembangkan ide dan menyelesaikan sebuah cerita harus dengan alasan atau “why” yang kuat, dan melakukan riset untuk data dalam cerita harus selengkap mungkin.
Pesan khusus dari Asma Nadia,“ orang yang alim, yang cerdas, atau yang bijaksana harus menulis buku. Karena dengan buku itu kebaikannya akan terus mengalir ke banyak sosok lain. Meski si penulis sudah meninggal, pahala kebaikannya lewat karya itu akan terus mengalir.“ (/AH&BM)
No comments:
Post a Comment