Pages

Thursday, November 6, 2014

Operasi Pengangkatan Rahim

Pagi ini alhamdulillah dapet telfon lagi dari Rumah Sakit St. Josefs, panggilan kerja.. Pulang kuliah saya bergegas ke rumah sakit agar tidak terlambat memulai operasi. Ternyata........ jadwal operasi digeser. Pasalnya ada pendarahan pada pasien sebelumnya. 1 jam saya menunggu tanpa melakukan apa-apa. Sampai akhirnya saya iseng masuk ke ruangan 5, dimana operasi pengangkatan rahim sedang berjalan.

Dari kecil Enin (panggilan untuk nenek) sudah menyarankan agar saya menjadi dokter kandungan. Ditambah juga dukungan orang tua dan lingkungan yang membuat saya memang terpikir untuk mengambil spesialis obstetri & ginekologi ini. Sayangnya saya belum punya kesempatan untuk mencicipi dunia ginekologi, baik didalam kuliah maupun ketika praktikum. Dan hari ini adalah pertama kalinya saya memasuki dunia ini!

Dokter Yahya namanya, beliau sebagai operator operasi pengangkatan rahim hari ini. Perasaan pertama ketika melihat jalannya operasi adalah...... takjub dan ngilu.. Saya benar-benar takjub melihat satu bagian tubuh wanita yang begitu kecilnya, sekarang terlihat seperti satu ruangan besar. Secara perlahan dokter Yahya mengeluarkan organ yang memiliki struktur sangat tebal dari ''ruangan'' tersebut. Karena tebalnya struktur tersebut melebihi besar pintu ''ruangan'' nya, dokter Yahya menggunting struktur tersebut menjadi tiga bagian kecil agar mudah dikeluarkan. Saya mengenali struktur itu, itu adalah rahim! Dalam bahasa jerman adalah Gebärmutter. Sungguh saya ngilu melihat proses pengeluarannya! Ngilu melihat darah yang mengalir dari ''ruangan'' itu, juga melihat bagaimana pintu ''ruangan'' tersebut ditahan oleh banyak kait agar tetap terbuka. 

Lagi-lagi pikiran saya saat itu melayang. Teringat beberapa waktu lalu Ambu (panggilan untuk ibu) juga menjalani operasi pengangkatan rahim. Bukan teringat proses operasinya, karena saya memang tidak berada disamping Ambu saat itu. Saya teringat proses ketika akan dan setelah menjalani operasi.

Pagi itu sekitar pukul 4 pagi waktu jerman, saya mendapat pesan singkat dari Khansa, adik saya ''Teh..! Ambu bentar lagi mau mulai operasinya.. doain ya supaya lancar..'' Spontan saya tidak bisa menahan perasaan sedih saya saat itu. Saya menangis.. sedih karena tidak bisa berada disana ketika Ambu akan menjalani operasi. Khansa pun sibuk sekolah, sehingga Apa (panggilan untuk ayah) terpaksa harus sendiri menemani Ambu. Langsung saya mengirimkan pesan singkat ke Apa. Mencoba menenangkan Apa agar tidak merasa panik dan gelisah. 

Beberapa jam kemudian saya mendapat pesan singkat lagi dari Apa, ''Teh.. operasinya ga berjalan mulus. Rahim Ambu melekat bersama dengan usus, jadi dokternya harus panggil dokter lain untuk bantu memisahkan usus dengan rahimnya.'' Persásaan saya semakin sedih ga karuan. Tak lama, saya mendapat pesan singkat lagi. Kali ini dari Khansa. ''Teteh... operasinya udah selesai! Ini foto rahimnya Ambu. Kaya ayam KFC ya!''. Komentar lucu nya Khansa membuat hati saya menjadi lega lagi... Khansa pun mengirim pesan lanjutan kepada saya. ''Oh iya teh.. tau ga.. tadi dokter bilang usus Ambu nempel sama rahim dan harus dipisahin. Terus dokternya minta persetujuan Apa. Gak lama Apa nangis dan langsung pergi sebentar ninggalin ruang tunggu..''

Membaca pesan singkat dari Khansa tersebut membuat saya ingin meneteskan air mata lagi. Sedih tidak bisa disamping Ambu, juga tidak bisa menemani Apa. Terbayang sudah bagaimana tertekannya Apa ketika harus mengurus Ambu sendirian. Lebih sedihnya lagi posisi saya yang sering melihat jalannya operasi, tapi tidak ada ketika keluarga sendiri yang akan menjalankan operasi. Meskipun begitu saya tetap besyukur karena operasi Ambu berjalan dengan lancar. Ambu juga hanya membutuhkan waktu 2 minggu sampai bisa beraktivitas kembali.

Lamunan saya pun kembali ke ruang operasi pagi itu. Salah satu perawat memberi isyarat bahwa saya harus mulai bersiap-siap untuk membantu di ruangan operasi yang lain. Dan saya pun meninggalkan dokter Yahya bersama tim bedahnya, juga meninggalkan ruangan tersebut bersama lamunan saya menjadi Gynäkologin.

Gießen, 06.11.2014
Ketika-sedang-kehilangan-motivasi-belajar 

1 comment:

  1. Semoga Syifa menjadi ahli obgyn yg bermanfaat untuk kaum hawa.....

    ReplyDelete