Pages

Saturday, April 25, 2015

Sisi Lain Kehidupan (3)

Yayasan Galuh Bekasi



Yayasan Galuh didirikan oleh (alm.) Gendu Mulatip. Ia tidak tega melihat seorang gila di arak oleh anak2 di kampungnya di Bekasi. Seorang anak kemudian melempar batu kecil ke arah orang gila tersebut yang kemudian dilempar kembali olehnya hingga mengakibatkan luka. Orang tuanya yang tidak terima anaknya dilukai oleh pesakitan tersebut ingin membalas, tapi niatnya dibatalkan setelah Gendu menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Ia kemudian membawa orang tersebut ke rumah untuk dirawat dan akhirnya bisa disembuhkan.

Berawal dari situ Pak Gendu mulai menampung orang-orang yang memiliki penyakit jiwa. Dibantu oleh pemerintah daerah Bekasi bersama keluarga Pak Gendu, akhirnya mereka bisa menampung lebih dari 200 jiwa di tempat mereka. 

Pertama kali menginjakkan kaki disana perasaan saya sangat sedih. Karena tempat tinggal mereka sangat tidak kondusif. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan bersama kurang lebih 20-30 orang lainnya. Mungkin juga tidur bersama dengan kotoran mereka sendiri. Saya salut terhadap Pak Gendu dan orang-orang yang ikhlas peduli terhadap mereka yang sering terlupakan ini.


Untuk orang yang tidak tahan dengan bau kotoran manusia harus siap-siap menahan napas selama memasuki wilayah yayasan galuh ini. Saya pun disambut oleh teriakan salah satu perawat, "Eh... hati-hati Mbaa.. ada pornografi disini... ayo kamu tutup dulu badannya dengan handuk!". Ternyata saat itu salah satu pasien (kira-kira berumur 35 tahun) sedang dimandikan di lapangan terbuka oleh salah satu perawat disana. Saya pun hanya bisa tertawa cekikikan melihatnya. Sejujurnya hal tersebut tidak asing lagi bagi saya. Saya sering memandikan kakek-kakek diatas usia 80 tahun sewaktu bekerja di panti jompo. Tapi ya... itu di jerman.. disini atmosfer nya mungkin berbeda :)

Lanjut naik ke lantai dua, saya disambut lagi oleh teriakan pasien di dalam krangkeng, ''Assalamualaikum! Pak Bu! saya belum mandi.. lupa.. he.. he.. he...". Beberapa pasien yang sudah sedikit sehat juga banyak yang lalu lalang disana. Pernah saya didekati salah satu Bapak, lalu dia hanya senyum-senyum depan saya. Lucu tapi juga menyeramkan :D Katanya sih.. untuk membedakan pasien yang sedikit waras dan tidak, lihat dari sandal jepitnya. Jika mereka berjalan-jalan menggunakan sandal jepit, itu artinya mereka sedikit waras :D

Di lantai dua ternyata sudah berkumpul sejumpah pasien yang ingin mengaji pada hari itu. Ruangan disini jauh lebih bersih dibanding dibawah. Ustad Yayan mulai menyapa mereka, ''Siapa yang hari ini belum mandi.. Ngakuuu!!!''. Ada yang saling menunjuk, ada yang tertawa terbahak-bahak.

Ustad Yayan memulai agenda mengaji hari itu dengan mengulang hafalan surat Al-Zalzalah. Masya Allah, saya kagum.. Mereka yang memiliki penyakit jiwa (yang memang tidak wajib untuk melakukan shalat dsb) saja semangat untuk menghafal ayat Al-Quran, bagaimana dengan kita (terutama saya) yang ''waras'' seperti ini. Meskipun banyak yang masih terbata-bata atau bahkan hanya bisa mengatakan ayat pertama dengan "ija jul jil jul", yang membuat kami tertawa, namun mereka tampak ceria dan menunjukkan semangat untuk dekat dengan Allah SWT, semangat untuk sembuh dan dapat pulang ke rumah. Lucunya lagi ketika saya membagikan roti kepada mereka, lalu ada satu orang yang nyeletuk, "Roti nya udah.. rokoknya mana??!". 

Sedihnya banyak cerita yang saya dengar bahwa banyak pasien yang sudah sembuh lalu dipulangkan ke rumahnya, namun keluarga tidak mau menerima mereka. Dengan alasan membuat malu keluarga dsb. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Yayasan Galuh dan membantu para perawat untuk merawat teman-temannya yang masih sakit.

Alhamdulillah saya mendapatkan pelajaran baru dari sisi lain kehidupan para penderita sakit jiwa ini yang memiliki semangat tinggi. 












Friday, April 24, 2015

Sisi Lain Kehidupan (2)

Shelter Dompet Dhuafa RSCM



Awalnya saya kira Shelter ini berada didalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ternyata lokasinya berada di dalam gang kecil dekat pemukiman warga, yang lokasinya tidak jauh dengan RSCM. Sebelumnya, apa sih Shelter Dompet Dhuafa itu? 

Program Shelter Dompet Dhuafa ini adalah salah satu program yang dijalani LPM Dompet Dhuafa. Tujuannya menyediakan rumah yang dijadikan sebagai hunian sementara bagi pasien dan keluarga pasien kurang mampu, yang harus menjalani perawatan medis di RSCM. Selengkapnya di : http://www.dompetdhuafa.org/post/detail/432/lewat-shelter-pasien-dompet-dhuafa-optimalkan-pelayanan-kesehatan-dhuafa

Dibantu oleh Mas Rohim saya berkesempatan untuk mengunjungi Shelter ini dan ngobrol bersama para pasien dan keluarga. Salah satu ibu bernama Ibu Ningsih (nama disamarkan hehe) bercerita pada saya. Dia datang jauh-jauh dari Medan bersama anaknya ke Jakarta. Tidak ada pilihan lain untuk anaknya yang mengidap penyakit tumor, selain melakukan Kemoterapi di RSCM. Hal ini mewajibkan sang anak datang secara berkala ke RSCM. Awal kedatangan di Jakarta dokter mengatakan bahwa anaknya harus diperiksa lagi keesokan harinya. Ibu Ningsih bingung dimana dia dan anaknya harus bermalam. Mereka pun memutuskan untuk tidur di lorong rumah sakit selama pengobatan. Setiap ada satpam yang lewat, Ibu Ningsih buru-buru menggendong anaknya dan bersembunyi agar tidak ketahuan. Jika ketahuan maka mereka akan diusir. Sebenarnya ada pilihan lain. Menginap di rumah singgah yang disediakan RSCM dengan harga Rp 15.000 per malam. Namun Ibu Ningsih tidak punya uang sebanyak itu. Uangnya hanya cukup untuk ongkos ke Jakarta dan makan selama beberapa hari saja. Sampai suatu malam tas Ibu Ningsih dicopet, sehingga Ibu Ningsih tidak punya apa-apa lagi. 

Pertolongan Allah SWT datang bersama orang yang sabar. Beberapa hari setelah dicopet, Ibu Ningsih menerima telfon dari rumah sakit daerah di Medan mengenai Shelter Dompet Dhuafa. Ibu Ningsih bersama anaknya pun dijemput oleh Tim Dompet Dhuafa dan mendapatkan satu kamar tinggal untuknya bersama anaknya. 

Cerita tersebut hanya satu dari berbagai cerita yang saya dapat pada hari itu. Saya sangat senang mendengar mereka yang sangat terbantu dengan adanya Shelter ini. Tidak hanya diberikan tempat tinggal selama masa pengobatan, para pasien dan keluarga pasien pun diberikan pelatihan seperti menyulam, tata boga, atau juga kegiatan lain seperti mengaji, penyuluhan kesehatan dsb. Hal ini bukan saja membantu pasien dan keluarga pasien, tapi juga membawa bekal kepada para pasien & keluarga untuk lebih produktif selepas tinggal di Shelter ini.

Pada periode Januari hingga Oktober tahun 2014, Program Shelter Dompet Dhuafa telah membantu 461 jiwa.

Hari itu, saya mengumpulkan lagi banyak pembelajaran dari sisi lain kehidupan. Belajar tentang berbagi & bersyukur. 


Sisi Lain Kehidupan (1)

Puitis sekali judulnya hehe.. Judul itu saya pilih, karena sekarang saya mau berbagi pengalaman ketika bergabung bersama Dompet Dhuafa melihat situasi di tempat-tempat yang mungkin-tidak-pernah-terpikir-oleh-banyak-orang-untuk-dikunjungi. Tempat mana saja itu?

Lapas Wanita

Kesempatan pertama adalah mengunjungi Lapas Wanita di Tanggerang. Kira-kira bagaimanakah isinya? Bagaimana sikap para tahanan ketika melihat saya? Apakah saya akan dijaili mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini ditambah melihat gedung yang dibatasi pagar sangat tinggi, membuat saya semakin penasaran dengan isinya. Saya pun masuk dan melapor kepada petugas penjaga di Lapas tersebut. Pak petugas lalu memberikan saya kartu tanda tamu dan mencap tangan saya. Ternyata tampak luar dan dalam sangatlah berbeda. Saya tidak menyangka bahwa lapas ini tampak biasa layaknya lingkungan komplek perumahan. Karena sebentar lagi para tahanan akan menunaikan solat dzuhur, saya pun pergi ke Musholla disana. 

sumber : http://www.jpnn.com/read/2010/01/22/56886/Hari-Pertama-Artalyta-Suryani-Menempati-Sel-Biasa-Lapas-Wanita-Tangerang-


Saya pun berkenalan dengan seorang wanita. Beliau tampak cantik, tutur katanya bijaksana. Mungkin beliau guru disini. Beliau memperkenalkan diri dan berkata bahwa ia dikenal oleh seluruh penghuni lapas dengan sebutan Bunda, karena dirinya selalu menjadi tempat curhat penghuni lapas. Tak lama datanglah 3 penghuni lapas lainnya. Kami pun memulai diskusi siang itu. Dari diskusi kami saya baru menyadari bahwa Bunda ini juga salah satu tahanan. Bukan guru atau pengajar di Lapas. Ternyata bayangan saya salah besar. Saya lanjut mendengarkan cerita mereka. Cerita mengenai ketidak nyamanan tinggal di lapas, walaupun diberi makan dan tempat tinggal gratis. Mereka merasa bahwa sebagian besar penghuni lapas bermuka dua, didepan baik namun dibelakang berkata lain. Hal itu yang sering membuat mereka tidak nyaman. Ditambah lagi perbedaan sikap tahanan yang ber-UANG dengan yang menengah kebawah seringkali membuat mereka jengkel. '"Semua tahanan kan sama aja ya Mba.. disini kita semua salah. Habis melakukan dosa. Kenapa mereka itu masih sombong aja.. padahal kita tidur pun di ruangan yang sama..", sahut salah satu wanita. 

Selesai solat dzuhur berjamaah, salah satu wanita menghampiri saya. "Mba.. aku satu tahun lagi pulang loh.. bisa ketemu anak dan suami", katanya dengan riang. Saya pun balik bertanya mengapa wanita ini harus ditahan. Wanita ini pun menjawab, ''Saya difitnah Mba.. disangka menggelapkan uang perusahaan.. yah disini mah.. bener ngelakuin atau engga, ditahan aja Mba. Mau ga mau harus terima. Da ga ada yang mau percaya juga..".

Tak lama datanglah pengumuman dari pengeras suara bahwa seluruh penghuni lapas diharuskan masuk ke kamar masing-masing untuk inspeksi. "Ada apa ini Mba?", tanya saya. "Ga tau.. mungkin ada laporan lagi Mba.. katanya sih semalem ada masalah di kamar bagian sana. Saya balik ke kamar dulu ya Mba, takut kena sanksi.", jawab wanita itu. Saya pun lalu berpamitan.

dan pada akhirnya pertemua singkat ini membuat saya belajar banyak. Belajar bersyukur. Melihat dari sisi lain kehidupan. Kehidupan berbeda dari wanita-wanita tangguh yang dibatasi oleh pagar tinggi, untuk melihat dunia luar.