Hari ini tepat dua hari setelah kejadian ledakan bom di Paris yang menewaskan sekitar 100 orang lebih. Dua hari tentu saja masih sangat hangat untuk diperbincangkan. Apalagi untuk warga jerman, sebagai penduduk yang tinggal bersebelahan dengan negara Perancis ini. Tema ini sudah pasti akan banyak dikaitkan dengan teror dan islam.
Pasca kejadian ini membuat saya takut terkena dampaknya. Kenapa? Karena saya sebagai seorang mahasiswi jerman yang setiap langkahnya ke luar rumah membawa identitas agama saya. Jilbab. Hari ini pula hari pertama saya bekerja di tempat baru. Di rumah sakit yayasan Balser sebagai tenaga bantu memberikan suntikan bius peridural. Muncul ketakutan saya jika pasiennya bertindak tidak ramah kepada saya pasca kejadian di Paris kemarin. Atau para pasien bertanya banyak tentang agama saya, bukan untuk mencari tahu namun untuk mencari kesalahan-kesalahannya dan mengaitkan dengan peristiwa kemarin. Sempat terpikir untuk menunda pekerjaan ini di bulan depan saja. Namun entah kenapa akhirnya saya beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk memulai pekerjaan baru saya ini.
Sesampainya di rumah sakit, saya mencoba menenangkan diri. Mencoba berdzikir dalam hati agar perasaan gusar itu pergi. Hari ini ternyata ada 7 pasien yang harus saya beri suntikan. Saya mulai mencatat nama-nama mereka dan mempersiapkan semua alat-alatnya. Mulailah saya masuk ke kamar pasien satu ke pasien lain. Alhamdulillah mereka semua ramah tanpa berkomentar apa-apa mengenai kejadian kemarin. Sampai ketika saya masuk ke pasien ke-4, Herr Schneider. Saya kenal beliau sebelumnya, ketika saya melakukan percobaan kerja. Saya mulai menyapanya dengan selamat pagi dan menanyakan kabarnya. Ia terlihat senang pagi itu. Herr Schneider mulai menyalakan televisi dan mencari siaran berita. Ups.. saya sudah mengerti apa yang akan terjadi berikutnya, Herr Schneider pun mengalihkan tema lain ke tema ini.
Schneider : "Apakah anda sudah tau mengenai serangan teroris di Paris Jumat kemarin?"
Syifa : "Ya, saya sudah dengar tentang itu. Saya benar-benar menyayangkan kejadian tersebut."
Schneider : "Sekitar 129 orang meninggal dunia. Mereka tidak bersalah sama sekali."
Syifa : ''Oya? Saya dengar bahkan sampai 150 orang. Entahlah.. Jika mereka mengaku islam seperti agama saya ini, mereka sangat salah menginterpretasi agama. Atau mereka mungkin disetir oleh beberapa kelompok orang untuk melakukan ledakan ini."
Schneider : "Benar saya setuju dengan itu. Lagipula katanya salah satu pelakunya adalah penduduk Perancis sendiri."
Syifa : "Ya? Hmm..."
Schneider : "Jika anda sudah selesai dengan kuliah anda, menetaplah disini. Disini lebih aman daripada di luar sana. Atau bahkan di negara asal anda. Darimana anda berasal?"
Syifa : "Hehe.. saya berasal dari Indonesia. Ya tidak akan ada yang tau dimana tempat aman itu berada. Dua hari yang lalu teman saya baru saja dirampok ditodong dengan pisau di supermarket Gießen. Die Welt ist einfach schon krank"
Schneider : "Oh Tidak.. kita semua harus berhati-hati dimanapun berada. ''
Syifa : "Ja..ist so.. Baiklah, ini suntikan pertama yang saya berikan. Saya akan kembali lagi sekitar 15 menit untuk memberikan suntikan selanjutnya.. Sampai nanti!"
Saya pun keluar dari kamar Herr Schneider dan tersenyum lega.. Percakapan mengenai tema ini tidak muncul seperti yang saya takutkan pagi tadi. Saya melanjutkan pergi ke pasien berikutnya sampai semua pasien mendapatkan suntikan. Dan ternyata hari ini war gar nicht so schlimm. Kepanikan malah datang karena saya sempat tertukar memberikan suntikan bius pada pasien ke 5 dan ke 6. Untung saja mereka memiliki dosis yang sama. Jadi tidak masalah. Pasiennya pun mengetahui tentang hal tersebut dan ia tidak marah sama sekali. Hanya saja saya terkena teguran keras dari perawatnya sampai membuat saya panik dan merasa tidak enak hati :(
Dan akhirnya hari pertama kerja ini benar-benar jadi pelajaran saya untuk kedepannya.. Toh manusia belajar dari setiap kesalahannya.. Untung saja saya melakukan kesalahan ini ketika masih menjadi mahasiswa. Bagaimana jika yang melakukan kesalahan adalah seorang dokter? Semoga saja tidak akan pernah terjadi ;)
Gießen, 15.11.2015