Pages

Tuesday, February 18, 2014

Sore itu saya berada dalam perjalanan pulang ke rumah, setelah seharian sibuk dengan kegiatan kampus. Waktu menunjukkan pukul setengah 6 sore. Langitpun sudah mulai gelap. Lelah sekali rasanya pada hari itu. Saya berdiri dengan kedinginan menunggu Bus di Halte Bahnhof. Ketika Bus datang, langsung saya serbu kursi kosong tepat di belakang supir Bus. Saya ingin cepat-cepat sampai rumah dan rebahan di kasur. Namun ternyata Bus ini tidak langsung jalan. Bukan karena ngetem hehe, tapi memang belum waktunya untuk pergi.

Tak lama kemudian muncul suara berisik dari luar. Seorang anak kecil sekitar umur 7 tahun, bersama kedua orangtuanya yang berbadan besar dan terlihat tak terurus. Awalnya saya kira orang tua si anak sedang mabuk. Ibunya tanpa berpikir panjang langsung menaiki Bus dengan si anak. Namun si anak berteriak tidak mau, karena dia takut ayahnya tidak ikut menaiki Bus. Saya yang sedang tidak ada kerjaan di Bus mengamati mereka dan berusaha menerka-nerka apa yang terjadi. Kasian sekali anak ini punya orang tua yang sedang mabuk, pikir saya. Bagaimana perkembangan anak ini kedepannya dari kecil sudah melihat kelakuan orang tuanya yamg seperti ini. Apakah anak ini sudah mengerti dan bisa memahami orang tuanya? Siapa yang memberi makan anak ini sampai besar, kalau orang tuanya hanya sibuk mabuk-mabukkan. Berbagai pertanyaan muncul dibenak saya.

Anak kecil ini terus berteriak menjerit, takut ayahnya tidak ikut naik Bus. Si Ibu juga ikut teriak dari dalam Bus ''Sudah mama bilang, ayah ikut naik Bus tapi nanti!!!!!!''. Ooohhh... mungkin keluarga broken home, pikir saya lagi. Anak tersebut lari ke arah saya mendatangi supir Bus. ''Pak... saya mohon... tolong bukain pintu nya biar ayah saya bisa masuk. tolong... jangan tinggalin ayah saya....'' kata anak tersebut dengan memelas. Pak supir pun menjawab ''iya, saya tunggu tenang sajaaa'' sembari tersenyum. Saya daritadi hanya mengamati saja.

Tepat sebelum Bus berangkat, sang ayah pun ternyata ikut menaiki Bus. Sayangnya keluarga ini duduk di kursi belakang saya. Sehingga saya tidak bisa mengamati mereka lebih lanjut. Tanpa disadari, ternyata saya mengamati mereka lagi namun hanya melewati percakapan. Si anak sibuk menunjukkan ini dan itu, bercerita dan bertanya banyak hal, namun ayah dan ibunya sangat acuh. Ayah dan ibunya asik berbicara hal lain dengan suara lantang. Saya melihat dari pantulan kaca dan berpikir lagi, hmmmmm ada sesuaatu yang tidak beres sama keluarga ini. 15 menit kemudian, merekapun turun dari Bus. Sebelum turun dari Bus, si ibu memaksa anak kecil ini untuk pamit kepada supir Bus dan mengucapkan selamat malam. Walaupun si ibu menyuruh dengan keras seperti sedang marah, si anakpun tetap menurutinya. Saking penasarannya karena saya belum mengamati si ibu dan ayah dengan jelas, saya membalikkan badan saya sebelum mereka turun. Subhanallah, ternyata orang tua si anak ini cacat mental. 

Diam. 
Saya hanya bisa diam.

 Berpikir, ternyata dari awal tadi anak ini sedang menjaga orang tuanya yang cacat mental. Saya tidak tahu apa yang saya rasakan saat itu. Entah sedih, bangga, terharu dan malu pada diri saya sendiri.

No comments:

Post a Comment