Haloo semuanya! Mulai kemarin, 17.02.2014 Praktikum saya di Rumah Sakit dimulai. Rencananya, saya akan menulis hal-hal apa saja yang menurut saya ''baru'', agar kita bisa sedikit membandingkan dengan kondisi Rumah Sakit di Indonesia. sooooo... geht's los!
*Praktikumstag = hari praktikum
Praktikumstag 1
1. Mitarbeiter (Karyawan) di Rumah Sakit semuanya ramah-ramah sekaliiii
2. Antara Dokter dan Perawat tidak ada jarak
3. Semua alat-alat kesehatan setelah digunakan pasien, masuk ke satu wadah unsteril untuk disterilkan (desinfizieren)
4. Perawat juga membantu membersihkan kotoran pasien setelah BAB dan BAK jika pasien tidak mampu
5. Perawat membantu menyuapi pasien
6. Kesehatan tenaga medis juga sangat sangat sangat diperhatikan
Praktikumstag 2
1. Dokter melakukan tindakan sederhana yang jarang saya temukan di Rumah Sakit di Indonesia, seperti mmebersihkan kotoran Pasien dan mengambil darah
2. Laufmaschine, mesin penggerak kaki yang menurut saya sangat canggih. Sehingga pasien yang hanya mampu berbaringpun tetap dapat bergerak di tempat tidur dengan mesin ini.
3. Kontak antara Perawat dengan Pasien sangatlah dekat
4. künstlicher Stuhlgang, defecation tidak melalui Anus tetapi langsung melewati perut. Salah satu bagian usus besar diberi lubang, setalah itu lubang tersebut disambungkan dengan kantung. Sehingga kotoran dapat langsung keluar melalui usus besar tanpa melalui Anus lagi
Praktikumstag 3
1. Hari ini lucu, liat dokter ngetik data di komputer tapi sambil jongkok. Karena semua kursi penuh dipake perawat-perawat yang kelelahan. Kalo di Indonesia mungkin hal ini langka ya...
2. Mesin penghacur kertas. Mungkin saya yang memang agak kuno, tapi saya baru menemukan mesin penghancur kertas canggih ini. Bisa mencabik-cabik kertas sekeciiiilll mungkin sampai tidak bisa terbaca lagi isinya. Fungsinya agar data ''rahasia'' pasien tidak tersebar kepada pihak lain
3. Sempet ngobrol dengan Herr Brück yang dua hari lagi akan pulang ke rumah. Dia bilang kalo dia lebih betah di rumah sakit dibanding di rumahnya sendiri. Karena disini semua tersedia, butuh sesuatu tinggal tekan bel, satu menit kemudian perawat datang ;)
4. Kebodohan yang saya lakukan, gugup membawa Herr Kohav di kursi roda untuk menyebrang jalan... jalan tidak rata main saya seruduk aja. Alhasil bapak ini menjerit kesakitan karena kakinya sakit :(
Praktikumstag 4
1. irgendwieee agak risih sama ke-hygienis-an rumah sakit di Jerman. Tadi pagi saya bawa alas tidur yang masih bersih ke kamar pasien untuk diganti. Alas tersebut saya taro di meja pasien yang lain. Lalu perawatnya bilang, saya harus ambil alas yang baru dan alas yang saya ambil dimasukkan ke mesin cuci. Ditambah lagi ketika saya mengambil sarung tangan dan itu haampirrrrrrrr jatuh ke lantai, tapi tetap saya harus ganti dengan sarung tangan yang baru. Dipikir-pikir sayang sekali buang-buang alat kesehatan, tapi sebenernya yang benar adalah seperti ini. Karena kuman dan bakteri dapat menyebar dimana-mana, bahkan dari kontak antara dua material yang tak terduga.
2. Hari ini saya melakukan kebodohan (lagi). Karena gugup dan takut disuruh membawa pasien ke ruang rontgen, saya tersesat tidak menemukan ruangan tersebut. Padahal.................... kalo aja setelah keluar lift saya menoleh ke kiri, saya langsung menemukan ruangannya. Namun setelah keluar dari lift, saya malah menoleh ke kanan dan muter-muter sampai ke Station Geriatrie sambil mendorong Herr Müller di kursi roda, yang kakinya habis dioperasi. Untungnya Herr Müller sangat baik bahkan beliau tidak marah sama sekali.
Praktikumstag 5
Hari ini tidak ada sesuatu yang baru di rumah sakit. Hanya ada pengalaman menarik, ketika itu saya dipanggil perawat untuk membersihkan kaki Herr Czempiel yang baru selesai dioperasi. Saya pergi ke kamarnya, mengambil wadah berisi air hangat dan lap untuk membersihkannya. Sambil membersihkan kakinya, kita ngobrol tentang banyak hal. Lebih banyak mengenai kehidupan saya, bagaimana saya bisa ke Jerman, bagaimana saya belajar bahasa jerman dll. Tak lama datang Frau Czempiel istrinya, yang ternyata juga akan dirawat disana. Kata para perawat, istrinya cerewet sekali. Tak disangka, ternyata benar! Dia ngoceh ini dan itu selama saya ada disana. Setelah saya selesai, istrinya pun sibuk membuka lemari suaminya dan mencari sesuatu. Saya disuruh menunggu. Ternyata saya diberi uang :D Meskipun hanya 5€, saya senang tak terkira hoho.
Pada saat itu, datang lagi satu pasien bernama Frau Walter. Saya diminta perawat untuk melayani dia. Saya membawakan secangkir kopi untuknya. Namun dia menolak. Akhirnya saya kembali lagi ke dapur, dan membawakan dia secangkir kopi. Karena dia merasa tidak enak karena telah membuat saya bolak balik ke dapur, dia meminta maaf dan menanyakan nama saya. Karena saya tidak punya banyak kerjaan, akhirnya saya duduk di kamar Frau Walter dan kita ngobrol tentang banyak hal. Saya suka dia, dia memperlakukan saya seperti anaknya. Sebelum saya meniggalkan kamarnya, dia berkata ''Syifa.. wenn du Zeit hast, gehen wir in die Cafetaria ok ;)'' - Syifa.. kalo kamu ada waktu kita pergi bersama ke Cafetaria oke ;). Saya hanya menjawab dengan kedipan mata. Senang rasanya banyak menemukan orang-orang baik, jadi kita tidak merasa asing dan sendiri di tempat perantauan :p
Praktikumstag 6 - frei
Praktikumstag 7 - frei
Praktikumstag 8
Minggu ini saya memulai dinas siang. Ternyata dinas siang tidak terlalu hektisch dibanding dinas pagi. Sedikit tenang. Kita pun bisa melakukan istirahat dengan tenang. Hari ini saya belajar satu hal. Saya adalah orang sok tau yang suka melakukan pengamatan asal-asalan hehe. Saya mengamati bahwa rata-rata orang jerman yang berpendidikan memiliki pola pikir yang hebat. Jika suatu kesalahan terjadi, mereka akan meminta maaf meskipun itu sebenarnya bukan kesalah dia. Contoh kejadian misalnya :
Praktikumstag 3
1. Hari ini lucu, liat dokter ngetik data di komputer tapi sambil jongkok. Karena semua kursi penuh dipake perawat-perawat yang kelelahan. Kalo di Indonesia mungkin hal ini langka ya...
2. Mesin penghacur kertas. Mungkin saya yang memang agak kuno, tapi saya baru menemukan mesin penghancur kertas canggih ini. Bisa mencabik-cabik kertas sekeciiiilll mungkin sampai tidak bisa terbaca lagi isinya. Fungsinya agar data ''rahasia'' pasien tidak tersebar kepada pihak lain
3. Sempet ngobrol dengan Herr Brück yang dua hari lagi akan pulang ke rumah. Dia bilang kalo dia lebih betah di rumah sakit dibanding di rumahnya sendiri. Karena disini semua tersedia, butuh sesuatu tinggal tekan bel, satu menit kemudian perawat datang ;)
4. Kebodohan yang saya lakukan, gugup membawa Herr Kohav di kursi roda untuk menyebrang jalan... jalan tidak rata main saya seruduk aja. Alhasil bapak ini menjerit kesakitan karena kakinya sakit :(
Praktikumstag 4
1. irgendwieee agak risih sama ke-hygienis-an rumah sakit di Jerman. Tadi pagi saya bawa alas tidur yang masih bersih ke kamar pasien untuk diganti. Alas tersebut saya taro di meja pasien yang lain. Lalu perawatnya bilang, saya harus ambil alas yang baru dan alas yang saya ambil dimasukkan ke mesin cuci. Ditambah lagi ketika saya mengambil sarung tangan dan itu haampirrrrrrrr jatuh ke lantai, tapi tetap saya harus ganti dengan sarung tangan yang baru. Dipikir-pikir sayang sekali buang-buang alat kesehatan, tapi sebenernya yang benar adalah seperti ini. Karena kuman dan bakteri dapat menyebar dimana-mana, bahkan dari kontak antara dua material yang tak terduga.
2. Hari ini saya melakukan kebodohan (lagi). Karena gugup dan takut disuruh membawa pasien ke ruang rontgen, saya tersesat tidak menemukan ruangan tersebut. Padahal.................... kalo aja setelah keluar lift saya menoleh ke kiri, saya langsung menemukan ruangannya. Namun setelah keluar dari lift, saya malah menoleh ke kanan dan muter-muter sampai ke Station Geriatrie sambil mendorong Herr Müller di kursi roda, yang kakinya habis dioperasi. Untungnya Herr Müller sangat baik bahkan beliau tidak marah sama sekali.
Praktikumstag 5
Hari ini tidak ada sesuatu yang baru di rumah sakit. Hanya ada pengalaman menarik, ketika itu saya dipanggil perawat untuk membersihkan kaki Herr Czempiel yang baru selesai dioperasi. Saya pergi ke kamarnya, mengambil wadah berisi air hangat dan lap untuk membersihkannya. Sambil membersihkan kakinya, kita ngobrol tentang banyak hal. Lebih banyak mengenai kehidupan saya, bagaimana saya bisa ke Jerman, bagaimana saya belajar bahasa jerman dll. Tak lama datang Frau Czempiel istrinya, yang ternyata juga akan dirawat disana. Kata para perawat, istrinya cerewet sekali. Tak disangka, ternyata benar! Dia ngoceh ini dan itu selama saya ada disana. Setelah saya selesai, istrinya pun sibuk membuka lemari suaminya dan mencari sesuatu. Saya disuruh menunggu. Ternyata saya diberi uang :D Meskipun hanya 5€, saya senang tak terkira hoho.
Pada saat itu, datang lagi satu pasien bernama Frau Walter. Saya diminta perawat untuk melayani dia. Saya membawakan secangkir kopi untuknya. Namun dia menolak. Akhirnya saya kembali lagi ke dapur, dan membawakan dia secangkir kopi. Karena dia merasa tidak enak karena telah membuat saya bolak balik ke dapur, dia meminta maaf dan menanyakan nama saya. Karena saya tidak punya banyak kerjaan, akhirnya saya duduk di kamar Frau Walter dan kita ngobrol tentang banyak hal. Saya suka dia, dia memperlakukan saya seperti anaknya. Sebelum saya meniggalkan kamarnya, dia berkata ''Syifa.. wenn du Zeit hast, gehen wir in die Cafetaria ok ;)'' - Syifa.. kalo kamu ada waktu kita pergi bersama ke Cafetaria oke ;). Saya hanya menjawab dengan kedipan mata. Senang rasanya banyak menemukan orang-orang baik, jadi kita tidak merasa asing dan sendiri di tempat perantauan :p
Praktikumstag 6 - frei
Praktikumstag 7 - frei
Praktikumstag 8
Minggu ini saya memulai dinas siang. Ternyata dinas siang tidak terlalu hektisch dibanding dinas pagi. Sedikit tenang. Kita pun bisa melakukan istirahat dengan tenang. Hari ini saya belajar satu hal. Saya adalah orang sok tau yang suka melakukan pengamatan asal-asalan hehe. Saya mengamati bahwa rata-rata orang jerman yang berpendidikan memiliki pola pikir yang hebat. Jika suatu kesalahan terjadi, mereka akan meminta maaf meskipun itu sebenarnya bukan kesalah dia. Contoh kejadian misalnya :
- Saya bertanya sesuatu kepada Frau Weber. Saya mengulang kalimat itu 2 kali. Dia hanya diam. Saya tau dia tidak mengerti apa yang saya katakan, bahasa jerman saya terlalu jelek. Akhirnya saya meminta maaf kepada Frau Weber. Lalu dia menjawab ''Ah.. anda tidak perlu meminta maaf kepada saya. sepertinya hari ini pendengaran saya jelek. Sehingga saya tidak mendengar jelas apa yang anda katakan. Saya yang seharusnya meminta maaf''
- Kejadian selanjutnya ketika saya membawa Herr Müller dengan kursi roda memasuki lift. Saya dengan bodohnya tidak memperhatikan kaki dia yang terbentur dinding lift. Herr Müller meraung kesakitan. Saya langsung merasa bersalah dan meminta maaf berkali-kali, lalu Herr Müller menjawab ''Tidak apa.. saya yang justru minta maaf pada Anda, karena saya tidak mengingatkan Anda untuk memperhatikan kaki kiri saya. Karena kaki kiri saya ini baru kemarin selesai dioperasi''
indah bukan jika kita tidak saling menuduh seperti cerita di atas? :)
Herr Benhardt bersama boneka yang dia buat sendiri dari tangan yang dikepal, koin sebagai mata dan handuk sebagai rambutnya. |
Praktikumstag 9
Saya semangat sekali hari ini untuk datang ke rumah sakit. Karena saya membawakan gantungan kunci berbentuk rumah tradisional khas Indonesia. Saya ingin memberikannya kepada Frau Walter, ''ibu'' saya. Seperti biasa, dinas dimulai dengan Übergabe, penyerahan dinas dari perawat sebelumnya. Ketika salah satu perawat berkata ''Kamar 322 sekarang diisi oleh Herr Schneider. Dia memiliki masalah bla bla bla bla''. Saya langsung terkejut. Dan rasanya lemas tidak ada semangat lagi. Kamar 322 itu kamar Frau Walter. Dia sudah pulang ke rumah :( saya belum sempat menemui dia lagi. Menanyakan alamat rumah atau yang lain, agar kita tetap bisa berkomunikasi :( hari itu, semangat yang ada menghilang seketika..
Praktikumstag 10
Banyak orang berkata bahwa, orang jerman selalu berkata jujur walaupun itu menyakitkan. Sore ini sekitar jam 4 sore, saya dan perawat sedang melakukan istirahat. Kita makan siang bersama. Tiba-tiba datang salah satu dokter dan berkata ''Saya butuh data pasien yang akan dioperasi besok. Tolong carikan''. Lalu salah suster Christina beranjak dari kursinya dan pergi untuk mengambil data-data. Perawat yang lain terlihat marah. Perawat lain berteriak kepadanya ''Christina! kamu kan sedang istirahat. Ayo duduk disini, lanjutkan makanmu! Dokter itu harusnya mengerti bahwa sekarang adalah waktu istirahat kita''. Saya spontan langsung kaget. Saya yakin dokter tersebut ada di sebelah suster Christina, dan dia pasti mendengar teriakan perawat ini. Menurut saya ini fair, tidak memandang jabatan lebih rendah atau lebih tinggi. Jika seseorang mengambil hak kita, kita harus bilang. Sikap tersebut yang masih harus saya latih pada diri saya. Mental saya masih mental dijajah :/
Praktikumstag 11
Sebelum bercerita tentang praktikum, saya punya sebuah cerita yang tidak kalah seru :))) pagi itu sepulang dari Ausländerbehörde saya ngidam Bretzel mit Schnittlauch nya Ditsch. Saya menyengajakan pergi ke daerah Oswaldgarten untuk membeli Bretzel itu. Setelah itu saya langsung tancap gas menaiki Bus arah pulang, karena saya harus bersiap-siap untuk praktikum. Sedang asik makan Bretzel sembari menunggu Bus, berdiri di depan saya seorang nenek. Sepertinya saya telah menghalangi papan jadwal Bus yang ingin dia lihat. Sayapun sedikit bergeser sambil tersenyum kepada nenek itu. Tak lama nenek itu berkata pada saya. ''Na.. Der kommt in 5 Minuten'' - Na.. Bus itu datang 5 menit lagi. Sayapun hanya menjawab dengan senyuman. Tampaknya dia mengamati saya yang sedang asik makan Bretzel. Dia menghampiri saya dan bertanya ''Apakah kamu mahasiswa disini?''. Spontan saya berhenti mengunyah roti itu dan menjawab pertanyaan nenek tersebut. Akhirnya kami pun larut dalam perbincangan. Perbincangan ringan di pagi hari, antara seorang mahasiswi asing dengan seorang wanita separuh baya. Bus pun datang dan kami pun menaikinya dan duduk bersama. Kami melanjutkan perbincangan. Nampaknya nenek ini penasaran kenapa saya bisa tersesat beribu-ribu kilometer dari Bogor, tempat tinggal saya. Sayapun akhirnya bercerita seputar kehidupan saya. Bagaimana saya bisa ke Jerman, kenapa saya memilih Jerman, bagaimana saya dengan kuliah saya dan lain-lain. Saya pun mengacuhkan air mata yang menetes di pipi nenek ini. Entah apakah kehidupan saya terlalu menyedihkan sehingga membuat nenek ini meneteskan air mata? Tak lama kemudian dia merogoh tasnya dan memberikan saya uang 5€. ''Ini buat jajan kue'', katanya sambil tersenyum. Dipikiran saya langsung muncul banyak khayalan. Apakah nenek ini sebagai nenek ke dua saya di Jerman setelah nenek Müller? Tak lama kamipun turun dari Bus dan berpisah. Sebelum berpisah, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada nenek itu dan berharap dapat bertemu lagi. Sayang saya lupa menanyakan dimana dia tinggal. Namun nenek Lukart, biasa orang memanggilnya, sudah membuat pagi saya berwarna :)
Di rumah sakit tempat saya praktikum berjalan seperti biasa. Pasien datang dan pergi. Kami mempelajari status mereka, menanyakan keadaan mereka, membagi makan malam dan memberikan Heparin lewat subkutan Injektion. Frau Czempiel memberi saya Duplo (lagi). Sebagai tanda perpisahan sebelum dia pulang ke rumah. Sore itu ketika saya dan perawat lain sedang istirahat, datang lagi si dokter mengganggu kami. Wajah para perawat terlihat muak dengan dokter ini. Saya mengamati kartu identitas yang menggantung di jas putihnya. Prof. Dr. med. Gunther Schwetlick. Chefarzt Orthophädie. - Dokter kepala Orthopaedi. Wooow ternyata dia adalah dokter kepala. Badannya yang tinggi, kerutan di wajahnya menunjukkan dia sudah berumur dan wajahnya yang tidak pernah tersenyum membuat saya agak segan menyapa dokter ini. Saya takut.
30 menit sebelum jam pulang tiba, saya duduk dengan santainya di ruang perawat. Tiba-tiba dokter Schwetlick datang lagi dan menatap saya. Dia berkata ''Kamu, temani saya visit ke ruang pasien''. Degggggggggggggg!!!!!!!Tiba-tiba otot-otot sayapun berkontraksi, kadar hormon adrenalin, cortisol, aldosteron saya meningkat dan sistem saraf simpatis saya bekerja. Saya-sangat-takut. Saya tidak pernah ikut visit bersama dokter. Sama sekali. Apalagi bersama dokter kepala. Lalu sekarang? Saya diminta mendampinginya. Mendampingi dokter kepala yang sikapnya sangat dingin dan menyeramkan. Satu persatu kamar kami masuki. Setiap memasuki kamar, dokter Schwetlick menanyakan kabar pasien, menanyakan kenyamanan rumah sakit bagi pasien dan mengganti perban bekas jahitan operasi. Tetapi.............tetap dengan tatapan dingin. ''Tolong guntingkan Hansaplast sekitar 22cm'' pintanya kepada saya. Petir kedua pun menyambar. Saya lemah dalam mengira-ngira ukuran. Seberapa panjang 10cm saja saya tidak tahu, apalagi diminta tepat 22 cm. Saya hanya pasrah memohon kepada Tuhan, menggunting Hansaplast dengan sok tahu dan alhamdulillah........... benar!!!! Saya cuma bisa senyum-senyum sendiri sambil melanjutkan visit ke kamar lain. Mengandalkan kesok-tahu-an saya, saya bisa memotong Hansaplast seperti yang dokter Schwetlick minta. 15cm, 7cm, 27cm, mungkin 13,456cm pun sekarang saya bisa :p
Setelah selesai melakukan visit, kami berdua tetap berdiri di lorong rumah sakit. Dengan wajah dinginnya dokter Schwetlick bertanya pada saya dan kami terlibat dalam perbincangan kecil.
dokter Schwetlick : ''Anda sudah berapal lama di rumah sakit ini?''
Saya : ''Baru satu minggu dok'' (padahal sejujurnya saya sudah hampir dua minggu disini)
dokter Schwetlick : ''Kamu murid sekolah atau mahasiswa?''
Saya : ''Saya mahasiswa kedokteran di semester 2 dok''
dokter Schwetlick : ''Good. Anda berasal dari Indonesia kan? Anda tahu di Indonesia terdapat rumah sakit katolik? Bisakah Anda membantu saya mencarikan alamat Herr Siahaan, dokter kepala orthopaedi disana. Dia adalah sahabat dekat saya''
Saya : ''Wah oke dok akan saya usahakan untuk mencarikannya, tapi saya tidak bisa janji''
dokter Schwetlick : ''No problem. Jika Anda ada waktu, Anda bisa ikut saya melihat jalannya operasi. Jika Anda butuh sesuatu, Anda juga bisa menghubungi saya kapan saja. Ingat, pelajaran preklinik yang paling sulit adalah Biokimia. Anda harus serius mempelajarinya. Terimakasih Anda sudah menemani saya visit. Selamat malam.''
Saya : ''Selamat malam dok............''
Lalu dokter Schwetlick pun pergi perlahan tetap dengan tatapan yang dingin. Saya mengamati cara berjalan doker ini dari belakang. Ini adalah sikapnya, dibalik sikap dinginnya dia sangatlah ramah. Mungkin karena posisi dia sebagai dokter kepala, yang memaksa dia harus bersikap berwibara dan ''ditakuti''. Terimakasih dok, saya sangat kagum pada anda :)
Praktikumstag 12 - nichts besonderes (tidak ada yang istimewa)
Praktikumstag 13 - nichts besonderes
Praktikumstag 14 - nichts besonderes
Praktikumstag 15
hari ini kembali lagi praktikum dinas pagi. bangun jam 5 pagi, berangkat gelap-gelap dingin. beraaaaattt sekali rasanya. Hari Senin awal bulan. Station Chirurgie kami sedang ramai. Karena banyak Famulan (Mahasiswa kedokteran tingkat tinggi) yang akan memulai praktikumnya. Saat itu saya sedang sibuk di ruang bersih-bersih, menggosok-gosok peralatan rumah sakit agar kembali steril. Lalu dokter-dokter melakukan visit dari satu kamar pasien ke kamar lainnya, diikuti dengan para Famulan tersebut. Miris rasanya............. saya juga mahasiswa kedokteran. Tapi saya disini sibuk kerja fisik, sementara mahasiswa itu membuntuti dokter. Yah.. sebenarnya akan datang waktunya saya juga seperti mereka, tapi... tetep aja sekarang melihatnya miris hehe..
Tak lama kemudian, Herr Professor (dokter Schwetlick) mengajak saya untuk melihat operasi tulang pinggul. Singkat cerita, dengan penuh rasa takut, haru, dan penasaran saya datang ke ruangan operasi tersebut lengkap dengan ''kostum'' yang harus dipakai ketika operasi.
Operasi pun sedang disiapkan. Saya hanya bisa duduk dipojokan memperhatikan mereka. Pasien sudah dibius. Saya mulai mengamati siapa saja orang-orang ini. Mungkin ada perawat, dokter anastesi, dokter asisten.. Namun saya belum melihat dokter Schwetlick. Ketika operasi akan dimulai, muncullah dokter Schwetlick layaknya bintang yang akan memainkan panggung operasi ini.. hahaha. Dia melirik kepada saya. Lalu menganggukan kepala dan berkata ''Na.. alles klar? Hat der Oberarzt Sie geschimpft?!'' - Na.. apa semua baik-baik saja? apakah dokter senior memaki maki anda?. Dengan sok lugunya saya hanya bisa senyum-senyum saja di depan dokter Schwetlick. Toh dia hanya melihat mata saya, karena saya pakai masker hehe.
Operasi pun dimulai. Saya dibolehkan mengamati hanya pada jarak tertentu. Karena disekeliling arena panggung operasi haruslah steril. Dokter Schwetlick sempat menjelaskan ekstra kepada saya tahapan-tahapan operasi. Sejujurnya saya sudah pernah lihat operasi seperti ini ketika saya di Indonesia. Jadi saya agak bosan, dan pada saat itu saya belum sarapan sehingga tidak bisa konsentrasi. Setelah dua jam berlalu selesailah operasi tulang pinggul ini. Sang bintang langsung keluar dari panggung arena, ketika kami masih sibuk membereskan alat-alat operasi.
Siang pun mulai berlalu dan saya tidak bertemu kembali oleh dokter Schwetlick pada hari itu. Malamnya saya memutuskan untuk menulis email kepada dia, mengirimkan kata-kata terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk melihat jalannya operasi..
Namun... saya tidak yakin apakah dokter Schwetlick membaca email saya..
Praktikumstag 16 - Libuuurrrrrrrr!!!!!!!!!!!!!!!!
Praktikumstag 17
Semangat praktikum saya dimulai dari suara berat diujung sana. ''Vielen Dank für Ihre freundliche Email!!!'' - Terimakasih banyak atas email anda!!! sapa dokter Schwetlick pada saya. Saya hanya bisa menjawab dengan senyum sumringah. Ya hari ini tidak begitu istimewa selain sapaan ramah dari dokter Schwetlick. Saya melihat dia seperti sosok ayah. Dibalik sosok angkuhnya, dia memiliki rasa kasih sayang yang tinggi, pikir saya. Oh ya... hari ini saya dapat uang lagi dari pasien lain, kali ini dari Herr Pospischil :D
Praktikumstage 18-35
war ruhige Tage. Praktikum hari ke 18-35 tidak banyak hal baru yang didapat. karena kebetulan saya sudah 2 minggu magang disini, jadi saya sudah mulai terbiasa, eingelebt. Kegiatannya tidak ada yang baru, walaupun pasien silih berganti. Karakter pasien pun bermacam-macam. Ada yang nyebelin karena banyak maunya hehe, ada juga yang nyenengin karena ramah dan minta maaf melulu karena ngerasa suka nyusahin perawat-perawat disini. Kita pun banyak gabut nya. Pasalnya Prof. Dr. Schwetlick sedang liburan. Jadi hampir tidak ada jadwal operasi pada minggu-minggu tersebut kecuali operasi kecelakaan yang ditangani oleh dokter lain. Dipikir-pikir, kasian juga ya para pasien. Mau operasi saja, harus menunggu sang dokter selesai liburan. Tapi................... dilihat dari posisi dokter, dokter juga manusia, butuh liburan :D :D
Praktikumstag 36
Hari itu entah kenapa saya kesaaaaaal sekali. Pasalnya ada satu pasien yang banyak maunya. Saya tahu dia sedang sakit, mungkin psikis nya juga agak terganggu. Tapi saya juga manusia, yang banyak dosa, yang tidak bisa menahan marah :( pagi itu kita sedang chaos dengan rangkaian ritual pagi. Membangunkan pasien, menggiring mereka ke toilet, membantu memandikannya, membersihkan kasurnya, mengukur tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi dan temperatur. Lalu si ibu tiba-tiba meminta saya untuk menutup jendela kamar karena dia merasa kedinginan. Belum selesai saya menutupnya, dia minta jendelanya di buka saja. Tak lama, dia meminta tolong untuk mengambilkan coklatnya yang jatuh di bawah kasur. huhuhuhuhu kesal rasanya. Kita ada disini, bekerja disini, bukan untuk membantu hal-hal kecil seperti itu. Manja sekali si ibu ini, kesalku dalam hati.
Karena jengkel, saya menumpahkan kekesalan saya dengan makan. Saya sudah membuat rencana untuk makan siang yang enak di Cafetaria nanti. ''Pokoknya saya harus makan enak!!'' kataku dalam hati. Jam makan siang pun tiba, tidak ingin satu menitpun terlewat, saya bergegas pergi ke Kantin rumah sakit. Saya melihat menu makan. Alhamdulillah! hari ini ada Kartoffeln-Gratin mit Gemüse und Käsesoße. Untuk Dessert pun bukan Joghurt seperti biasanya, tetapi Panna Cotta, dessert khas italia. Yuhuuuuu! Saya lekas berdiri dalam antrian setelah itu mencari tempat duduk yang paling nyaman. Lagi asiknya menyantap makanan, saya melihat dokter Schwetlick sedang antri mengambil makanan. Gawat! Saya takut dia duduk di dekat saya.
Dengan sekejap saya tidak bisa menikmati lagi makanan di hadapan saya. Saya takut dokter ini duduk bersama saya. Nanti perbincangan apa yang bisa kita bahas. Saya mati kutu. Bahasa jerman saya masih begini, jelek banget. Benar saja, setelah selesai mengambil makanan beliau berjalan ke arah saya dan duduk di depan saya. Sebagai bonus untuk saya, dokter kepala yang lain juga ikut dan duduk di sebelahnya. Semua mata tertuju kepada saya. Heran melihat seorang mahasiswi asing yang sedang magang, didekati oleh dua dokter kepala di rumah sakit ini. Dan saya merasakan aura itu. Hmmmmm saya cuma bisa senyum-senyum sambil makan. Lalu dokter Schwetlick memulai perrcakapan kami..
Sch : Bagaimana kabar anda? Apakah anda tidak berminat lagi untuk melihat operasi?
Syi : Kabar saya baik, bagaimana dengan anda? yaa.. saya ingin sekali sebenarnya. Tapi saya tidak tahu apakah saya dibolehkan oleh suster kepala
Sch : A ja.. anda tanyakan saja kepada suster Fabiola
Syi : *manggut-manggut sambil menghabiskan makanan dengan cepat*
lalu dokter Schwetlick membicarakan hal yang lain dengan dokter Askevold yang duduk disebelahnya. Tak lama percakapan pun kembali kepada saya.
Sch : Siapa yang membiayai sekolah dan hidup kamu disini?
Syi : Orang tua saya dok.. tapi sekarang saya juga sedang mencari beasiswa, dan saya juga bekerja kadang-kadang.
Sch : Anda bisa minta uang pada dokter Askevold, dia ini punya banyak sekali uang tidak terpakai.
*lalu kami bertiga pun tertawa hambar*
Lalu saya menengok ke arah piring makan saya. Yes! makanan saya sudah habis. Sekarang saya memutar otak, bagaimana saya bisa pergi dari tempat duduk ini sementara mereka masih makan. Saya berpikir, kata-kata apa yang pantas saya ucapkan kepada dua dokter kepala ini. Detik pun terasa seperti menit. Akhirnya saya pun berdiri dan berkata ''Ich muss wieder hoch gehen. Ich wünsche Ihnen, schönen Tag noch!'' - Saya harus pergi ke atas lagi. Saya ucapkan semoga hari anda indah.
Sambil berjalan ke luar kantin, saya mengulang perkataan saya tadi. Kayaknya ada yang salah dalam kalimat itu. Kalimat yang mana yang benar.. ''Ich wünsche Ihnen, schönen Tag noch'' atau ''Ich wünsche Ihnen noch einen schönen Tag''.. Na ja..... ist doch egal.. hehe kadang-kadang saya suka sekali mempermasalahkan hal-hal kecil seperti ini.
Ketika kembali ke Station, saya menceritakan hal ini kepada Sara, teman saya. Dia langsung tertawa dan dia bilang ''Siehst du! Er hat dich gemocht'' - lihat kan, dia sepertinya suka kamu! *suka disini bukan dalam artian seorang laki-laki menyukai wanita ya*
Praktikumstage 37-41
tidak ada hal baru yang saya dapatkan di hari hari ini selain kosakata bahasa Jerman yang baru. Karena saya sudah sebulan lebih magang disini, sehingga semua terasa seperti rutinitas.
Praktikumstag 42
Hari ini adalah hari terakhir saya disini *yeayyyyy* Alhamdulillah geschafft! Akhirnya tidak terasa semua terlewati. Mengawali hari terakhir magang, saya sangat berharap tidak ricuh dan sibuk. Dan alhamdulillah hari ini santaaaiiii sekali. Setelah dinas selesai, saya pun dibuat terharu oleh teman-teman perawat. Satu persatu menyalami dan memeluk saya, mengucapkan kata terima kasih dan berdoaa untuk kehidupan saya. Air mata saya tidak bisa terbendung lagi. Namun rasanya saya malu sekali jika terlihat menangis. Tak lama suster Beate menghampiri saya dan memberikan bingkisan coklat dan sebuah amplop kecil sebagai kenang-kenangan dari teman-teman perawat di Station 3A-chirurgie. ya... siang itu saya dibuat terharu oleh mereka. Saya merasa sangat dianggap, dihargai dan dipandang sebagai adik oleh mereka. 42 hari yang menyenangkan. Saya belajar banyak disini. Pengalaman dari bidang kedokteran juga pengalaman berbahasa Jerman sebagai alat komunikasi saya, yang sampai-sekarang-saya-rasa-sangat-sulit. Terimakasih banyak Station 3A-Chirurgie. Terimakasih St. Josefs Hospital!!!
Praktikumstag 11
Sebelum bercerita tentang praktikum, saya punya sebuah cerita yang tidak kalah seru :))) pagi itu sepulang dari Ausländerbehörde saya ngidam Bretzel mit Schnittlauch nya Ditsch. Saya menyengajakan pergi ke daerah Oswaldgarten untuk membeli Bretzel itu. Setelah itu saya langsung tancap gas menaiki Bus arah pulang, karena saya harus bersiap-siap untuk praktikum. Sedang asik makan Bretzel sembari menunggu Bus, berdiri di depan saya seorang nenek. Sepertinya saya telah menghalangi papan jadwal Bus yang ingin dia lihat. Sayapun sedikit bergeser sambil tersenyum kepada nenek itu. Tak lama nenek itu berkata pada saya. ''Na.. Der kommt in 5 Minuten'' - Na.. Bus itu datang 5 menit lagi. Sayapun hanya menjawab dengan senyuman. Tampaknya dia mengamati saya yang sedang asik makan Bretzel. Dia menghampiri saya dan bertanya ''Apakah kamu mahasiswa disini?''. Spontan saya berhenti mengunyah roti itu dan menjawab pertanyaan nenek tersebut. Akhirnya kami pun larut dalam perbincangan. Perbincangan ringan di pagi hari, antara seorang mahasiswi asing dengan seorang wanita separuh baya. Bus pun datang dan kami pun menaikinya dan duduk bersama. Kami melanjutkan perbincangan. Nampaknya nenek ini penasaran kenapa saya bisa tersesat beribu-ribu kilometer dari Bogor, tempat tinggal saya. Sayapun akhirnya bercerita seputar kehidupan saya. Bagaimana saya bisa ke Jerman, kenapa saya memilih Jerman, bagaimana saya dengan kuliah saya dan lain-lain. Saya pun mengacuhkan air mata yang menetes di pipi nenek ini. Entah apakah kehidupan saya terlalu menyedihkan sehingga membuat nenek ini meneteskan air mata? Tak lama kemudian dia merogoh tasnya dan memberikan saya uang 5€. ''Ini buat jajan kue'', katanya sambil tersenyum. Dipikiran saya langsung muncul banyak khayalan. Apakah nenek ini sebagai nenek ke dua saya di Jerman setelah nenek Müller? Tak lama kamipun turun dari Bus dan berpisah. Sebelum berpisah, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada nenek itu dan berharap dapat bertemu lagi. Sayang saya lupa menanyakan dimana dia tinggal. Namun nenek Lukart, biasa orang memanggilnya, sudah membuat pagi saya berwarna :)
Di rumah sakit tempat saya praktikum berjalan seperti biasa. Pasien datang dan pergi. Kami mempelajari status mereka, menanyakan keadaan mereka, membagi makan malam dan memberikan Heparin lewat subkutan Injektion. Frau Czempiel memberi saya Duplo (lagi). Sebagai tanda perpisahan sebelum dia pulang ke rumah. Sore itu ketika saya dan perawat lain sedang istirahat, datang lagi si dokter mengganggu kami. Wajah para perawat terlihat muak dengan dokter ini. Saya mengamati kartu identitas yang menggantung di jas putihnya. Prof. Dr. med. Gunther Schwetlick. Chefarzt Orthophädie. - Dokter kepala Orthopaedi. Wooow ternyata dia adalah dokter kepala. Badannya yang tinggi, kerutan di wajahnya menunjukkan dia sudah berumur dan wajahnya yang tidak pernah tersenyum membuat saya agak segan menyapa dokter ini. Saya takut.
30 menit sebelum jam pulang tiba, saya duduk dengan santainya di ruang perawat. Tiba-tiba dokter Schwetlick datang lagi dan menatap saya. Dia berkata ''Kamu, temani saya visit ke ruang pasien''. Degggggggggggggg!!!!!!!Tiba-tiba otot-otot sayapun berkontraksi, kadar hormon adrenalin, cortisol, aldosteron saya meningkat dan sistem saraf simpatis saya bekerja. Saya-sangat-takut. Saya tidak pernah ikut visit bersama dokter. Sama sekali. Apalagi bersama dokter kepala. Lalu sekarang? Saya diminta mendampinginya. Mendampingi dokter kepala yang sikapnya sangat dingin dan menyeramkan. Satu persatu kamar kami masuki. Setiap memasuki kamar, dokter Schwetlick menanyakan kabar pasien, menanyakan kenyamanan rumah sakit bagi pasien dan mengganti perban bekas jahitan operasi. Tetapi.............tetap dengan tatapan dingin. ''Tolong guntingkan Hansaplast sekitar 22cm'' pintanya kepada saya. Petir kedua pun menyambar. Saya lemah dalam mengira-ngira ukuran. Seberapa panjang 10cm saja saya tidak tahu, apalagi diminta tepat 22 cm. Saya hanya pasrah memohon kepada Tuhan, menggunting Hansaplast dengan sok tahu dan alhamdulillah........... benar!!!! Saya cuma bisa senyum-senyum sendiri sambil melanjutkan visit ke kamar lain. Mengandalkan kesok-tahu-an saya, saya bisa memotong Hansaplast seperti yang dokter Schwetlick minta. 15cm, 7cm, 27cm, mungkin 13,456cm pun sekarang saya bisa :p
Setelah selesai melakukan visit, kami berdua tetap berdiri di lorong rumah sakit. Dengan wajah dinginnya dokter Schwetlick bertanya pada saya dan kami terlibat dalam perbincangan kecil.
dokter Schwetlick : ''Anda sudah berapal lama di rumah sakit ini?''
Saya : ''Baru satu minggu dok'' (padahal sejujurnya saya sudah hampir dua minggu disini)
dokter Schwetlick : ''Kamu murid sekolah atau mahasiswa?''
Saya : ''Saya mahasiswa kedokteran di semester 2 dok''
dokter Schwetlick : ''Good. Anda berasal dari Indonesia kan? Anda tahu di Indonesia terdapat rumah sakit katolik? Bisakah Anda membantu saya mencarikan alamat Herr Siahaan, dokter kepala orthopaedi disana. Dia adalah sahabat dekat saya''
Saya : ''Wah oke dok akan saya usahakan untuk mencarikannya, tapi saya tidak bisa janji''
dokter Schwetlick : ''No problem. Jika Anda ada waktu, Anda bisa ikut saya melihat jalannya operasi. Jika Anda butuh sesuatu, Anda juga bisa menghubungi saya kapan saja. Ingat, pelajaran preklinik yang paling sulit adalah Biokimia. Anda harus serius mempelajarinya. Terimakasih Anda sudah menemani saya visit. Selamat malam.''
Saya : ''Selamat malam dok............''
Lalu dokter Schwetlick pun pergi perlahan tetap dengan tatapan yang dingin. Saya mengamati cara berjalan doker ini dari belakang. Ini adalah sikapnya, dibalik sikap dinginnya dia sangatlah ramah. Mungkin karena posisi dia sebagai dokter kepala, yang memaksa dia harus bersikap berwibara dan ''ditakuti''. Terimakasih dok, saya sangat kagum pada anda :)
Prof. Dr. Schwetlick |
Praktikumstag 12 - nichts besonderes (tidak ada yang istimewa)
Praktikumstag 13 - nichts besonderes
Praktikumstag 14 - nichts besonderes
Praktikumstag 15
hari ini kembali lagi praktikum dinas pagi. bangun jam 5 pagi, berangkat gelap-gelap dingin. beraaaaattt sekali rasanya. Hari Senin awal bulan. Station Chirurgie kami sedang ramai. Karena banyak Famulan (Mahasiswa kedokteran tingkat tinggi) yang akan memulai praktikumnya. Saat itu saya sedang sibuk di ruang bersih-bersih, menggosok-gosok peralatan rumah sakit agar kembali steril. Lalu dokter-dokter melakukan visit dari satu kamar pasien ke kamar lainnya, diikuti dengan para Famulan tersebut. Miris rasanya............. saya juga mahasiswa kedokteran. Tapi saya disini sibuk kerja fisik, sementara mahasiswa itu membuntuti dokter. Yah.. sebenarnya akan datang waktunya saya juga seperti mereka, tapi... tetep aja sekarang melihatnya miris hehe..
Tak lama kemudian, Herr Professor (dokter Schwetlick) mengajak saya untuk melihat operasi tulang pinggul. Singkat cerita, dengan penuh rasa takut, haru, dan penasaran saya datang ke ruangan operasi tersebut lengkap dengan ''kostum'' yang harus dipakai ketika operasi.
Operasi pun sedang disiapkan. Saya hanya bisa duduk dipojokan memperhatikan mereka. Pasien sudah dibius. Saya mulai mengamati siapa saja orang-orang ini. Mungkin ada perawat, dokter anastesi, dokter asisten.. Namun saya belum melihat dokter Schwetlick. Ketika operasi akan dimulai, muncullah dokter Schwetlick layaknya bintang yang akan memainkan panggung operasi ini.. hahaha. Dia melirik kepada saya. Lalu menganggukan kepala dan berkata ''Na.. alles klar? Hat der Oberarzt Sie geschimpft?!'' - Na.. apa semua baik-baik saja? apakah dokter senior memaki maki anda?. Dengan sok lugunya saya hanya bisa senyum-senyum saja di depan dokter Schwetlick. Toh dia hanya melihat mata saya, karena saya pakai masker hehe.
Operasi pun dimulai. Saya dibolehkan mengamati hanya pada jarak tertentu. Karena disekeliling arena panggung operasi haruslah steril. Dokter Schwetlick sempat menjelaskan ekstra kepada saya tahapan-tahapan operasi. Sejujurnya saya sudah pernah lihat operasi seperti ini ketika saya di Indonesia. Jadi saya agak bosan, dan pada saat itu saya belum sarapan sehingga tidak bisa konsentrasi. Setelah dua jam berlalu selesailah operasi tulang pinggul ini. Sang bintang langsung keluar dari panggung arena, ketika kami masih sibuk membereskan alat-alat operasi.
Siang pun mulai berlalu dan saya tidak bertemu kembali oleh dokter Schwetlick pada hari itu. Malamnya saya memutuskan untuk menulis email kepada dia, mengirimkan kata-kata terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk melihat jalannya operasi..
Namun... saya tidak yakin apakah dokter Schwetlick membaca email saya..
Praktikumstag 16 - Libuuurrrrrrrr!!!!!!!!!!!!!!!!
Praktikumstag 17
Semangat praktikum saya dimulai dari suara berat diujung sana. ''Vielen Dank für Ihre freundliche Email!!!'' - Terimakasih banyak atas email anda!!! sapa dokter Schwetlick pada saya. Saya hanya bisa menjawab dengan senyum sumringah. Ya hari ini tidak begitu istimewa selain sapaan ramah dari dokter Schwetlick. Saya melihat dia seperti sosok ayah. Dibalik sosok angkuhnya, dia memiliki rasa kasih sayang yang tinggi, pikir saya. Oh ya... hari ini saya dapat uang lagi dari pasien lain, kali ini dari Herr Pospischil :D
Praktikumstage 18-35
war ruhige Tage. Praktikum hari ke 18-35 tidak banyak hal baru yang didapat. karena kebetulan saya sudah 2 minggu magang disini, jadi saya sudah mulai terbiasa, eingelebt. Kegiatannya tidak ada yang baru, walaupun pasien silih berganti. Karakter pasien pun bermacam-macam. Ada yang nyebelin karena banyak maunya hehe, ada juga yang nyenengin karena ramah dan minta maaf melulu karena ngerasa suka nyusahin perawat-perawat disini. Kita pun banyak gabut nya. Pasalnya Prof. Dr. Schwetlick sedang liburan. Jadi hampir tidak ada jadwal operasi pada minggu-minggu tersebut kecuali operasi kecelakaan yang ditangani oleh dokter lain. Dipikir-pikir, kasian juga ya para pasien. Mau operasi saja, harus menunggu sang dokter selesai liburan. Tapi................... dilihat dari posisi dokter, dokter juga manusia, butuh liburan :D :D
Lorong rumah sakit yang sepi |
Praktikumstag 36
Hari itu entah kenapa saya kesaaaaaal sekali. Pasalnya ada satu pasien yang banyak maunya. Saya tahu dia sedang sakit, mungkin psikis nya juga agak terganggu. Tapi saya juga manusia, yang banyak dosa, yang tidak bisa menahan marah :( pagi itu kita sedang chaos dengan rangkaian ritual pagi. Membangunkan pasien, menggiring mereka ke toilet, membantu memandikannya, membersihkan kasurnya, mengukur tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi dan temperatur. Lalu si ibu tiba-tiba meminta saya untuk menutup jendela kamar karena dia merasa kedinginan. Belum selesai saya menutupnya, dia minta jendelanya di buka saja. Tak lama, dia meminta tolong untuk mengambilkan coklatnya yang jatuh di bawah kasur. huhuhuhuhu kesal rasanya. Kita ada disini, bekerja disini, bukan untuk membantu hal-hal kecil seperti itu. Manja sekali si ibu ini, kesalku dalam hati.
Karena jengkel, saya menumpahkan kekesalan saya dengan makan. Saya sudah membuat rencana untuk makan siang yang enak di Cafetaria nanti. ''Pokoknya saya harus makan enak!!'' kataku dalam hati. Jam makan siang pun tiba, tidak ingin satu menitpun terlewat, saya bergegas pergi ke Kantin rumah sakit. Saya melihat menu makan. Alhamdulillah! hari ini ada Kartoffeln-Gratin mit Gemüse und Käsesoße. Untuk Dessert pun bukan Joghurt seperti biasanya, tetapi Panna Cotta, dessert khas italia. Yuhuuuuu! Saya lekas berdiri dalam antrian setelah itu mencari tempat duduk yang paling nyaman. Lagi asiknya menyantap makanan, saya melihat dokter Schwetlick sedang antri mengambil makanan. Gawat! Saya takut dia duduk di dekat saya.
Dengan sekejap saya tidak bisa menikmati lagi makanan di hadapan saya. Saya takut dokter ini duduk bersama saya. Nanti perbincangan apa yang bisa kita bahas. Saya mati kutu. Bahasa jerman saya masih begini, jelek banget. Benar saja, setelah selesai mengambil makanan beliau berjalan ke arah saya dan duduk di depan saya. Sebagai bonus untuk saya, dokter kepala yang lain juga ikut dan duduk di sebelahnya. Semua mata tertuju kepada saya. Heran melihat seorang mahasiswi asing yang sedang magang, didekati oleh dua dokter kepala di rumah sakit ini. Dan saya merasakan aura itu. Hmmmmm saya cuma bisa senyum-senyum sambil makan. Lalu dokter Schwetlick memulai perrcakapan kami..
Sch : Bagaimana kabar anda? Apakah anda tidak berminat lagi untuk melihat operasi?
Syi : Kabar saya baik, bagaimana dengan anda? yaa.. saya ingin sekali sebenarnya. Tapi saya tidak tahu apakah saya dibolehkan oleh suster kepala
Sch : A ja.. anda tanyakan saja kepada suster Fabiola
Syi : *manggut-manggut sambil menghabiskan makanan dengan cepat*
lalu dokter Schwetlick membicarakan hal yang lain dengan dokter Askevold yang duduk disebelahnya. Tak lama percakapan pun kembali kepada saya.
Sch : Siapa yang membiayai sekolah dan hidup kamu disini?
Syi : Orang tua saya dok.. tapi sekarang saya juga sedang mencari beasiswa, dan saya juga bekerja kadang-kadang.
Sch : Anda bisa minta uang pada dokter Askevold, dia ini punya banyak sekali uang tidak terpakai.
*lalu kami bertiga pun tertawa hambar*
Lalu saya menengok ke arah piring makan saya. Yes! makanan saya sudah habis. Sekarang saya memutar otak, bagaimana saya bisa pergi dari tempat duduk ini sementara mereka masih makan. Saya berpikir, kata-kata apa yang pantas saya ucapkan kepada dua dokter kepala ini. Detik pun terasa seperti menit. Akhirnya saya pun berdiri dan berkata ''Ich muss wieder hoch gehen. Ich wünsche Ihnen, schönen Tag noch!'' - Saya harus pergi ke atas lagi. Saya ucapkan semoga hari anda indah.
Sambil berjalan ke luar kantin, saya mengulang perkataan saya tadi. Kayaknya ada yang salah dalam kalimat itu. Kalimat yang mana yang benar.. ''Ich wünsche Ihnen, schönen Tag noch'' atau ''Ich wünsche Ihnen noch einen schönen Tag''.. Na ja..... ist doch egal.. hehe kadang-kadang saya suka sekali mempermasalahkan hal-hal kecil seperti ini.
Ketika kembali ke Station, saya menceritakan hal ini kepada Sara, teman saya. Dia langsung tertawa dan dia bilang ''Siehst du! Er hat dich gemocht'' - lihat kan, dia sepertinya suka kamu! *suka disini bukan dalam artian seorang laki-laki menyukai wanita ya*
Praktikumstage 37-41
tidak ada hal baru yang saya dapatkan di hari hari ini selain kosakata bahasa Jerman yang baru. Karena saya sudah sebulan lebih magang disini, sehingga semua terasa seperti rutinitas.
Praktikumstag 42
Hari ini adalah hari terakhir saya disini *yeayyyyy* Alhamdulillah geschafft! Akhirnya tidak terasa semua terlewati. Mengawali hari terakhir magang, saya sangat berharap tidak ricuh dan sibuk. Dan alhamdulillah hari ini santaaaiiii sekali. Setelah dinas selesai, saya pun dibuat terharu oleh teman-teman perawat. Satu persatu menyalami dan memeluk saya, mengucapkan kata terima kasih dan berdoaa untuk kehidupan saya. Air mata saya tidak bisa terbendung lagi. Namun rasanya saya malu sekali jika terlihat menangis. Tak lama suster Beate menghampiri saya dan memberikan bingkisan coklat dan sebuah amplop kecil sebagai kenang-kenangan dari teman-teman perawat di Station 3A-chirurgie. ya... siang itu saya dibuat terharu oleh mereka. Saya merasa sangat dianggap, dihargai dan dipandang sebagai adik oleh mereka. 42 hari yang menyenangkan. Saya belajar banyak disini. Pengalaman dari bidang kedokteran juga pengalaman berbahasa Jerman sebagai alat komunikasi saya, yang sampai-sekarang-saya-rasa-sangat-sulit. Terimakasih banyak Station 3A-Chirurgie. Terimakasih St. Josefs Hospital!!!
Syifa yang kami cintai.. Kita ucapkan yang terbaik untuk kamu kedepannya! Terima kasih banyak atas bantuannya. Your Team, Station 3A/IMC |
Gießen, 01 April 2014