Setiap Rabu sore di semester 2 saya masuk ke kelas EKM (Einführung in die klinische Medizin). Disini kita mendengarkan seminar langsung dari dokter spesialis di bidangnya masing-masing. Para dokter menjelaskan hubungan antara teori yang sedang kita pelajari di pre klinik ini dengan praktik kedokteran sesungguhnya. Hari itu, Rabu 20 November 2013 saya benar-benar tidak ada keinginan untuk masuk ke kelas ini. Pasalnya jam 8 malam nanti, saya harus mengikuti ujian Fisika pertama saya. Du lieber Gott, ujian macam apa malam-malam seperti ini, ketika gedung-gedung kampus sudah sepi dan kantinpun sudah tutup saya masih harus menulis ujian. Namun mau tidak mau saya harus datang ke kelas EKM ini, karena ini adalah kelas wajib.
Ternyata saya tidak menyesal datang ke kelas EKM pada hari itu. Karena dokter cantik spesialis kandungan lah yang memberikan materi Seminar. Namanya dr. med Yasemin Tastan. Dari namanya terdengar seperti turunan Turki. Ketika beliau memasuki ruangan, temanku berkata ''Hööö.. wer ist sie?'' Hey, siapa dia?.. Kami semua menyangka bahwa ada mahasiswi lain yang salah masuk ke ruangan kami. Namun ternyata dia lah si pembicara kita pada hari itu. Dia sangat cantik, masih muda dan terlihat tipe periang. Pikiran pertama yang muncul di kepala saya adalah ''Saya semakin termotivasi untuk menjadi Dokter spesialis kandungan''. Dia ternyata menyampaikan seminar dengan cara yang berbeda. Tanpa Slideshow dan menjelaskan sembari duduk. Dia mengawali seminar dengan menceritakan bagaimana dia bisa jadi Gynäkologin. Sejak kecil ia ingin sekali menjadi dokter, tepatnya Pädiatrie, dokter spesialis anak. Namun dari hasil rapornya, hampir semua guru mencibirnya. Bagaimana dia bisa menjadi dokter, kalau nilai rapor dia semua jelek. Guru-guru nya pun menawarkan agar dia mengambil jurusan lain. Ternyata dia adalah tipe kepala batu, setelah lulus sekolah dia mendaftar jurusan Kedokteran di Gießen. Dengan nilai yang pas pas an, akhirnya dia pun mendapatkan tempat disana. Selanjutnya dia menceritakan bahwa dia tetap ingin menjadi dokter anak. Ketika harus melakukan Praktikum, dia melamar di stasiun bagian Anak. Namun karena kehabisan tempat untuk Praktikum disana, dia pun mencoba Praktikum di stasiun Kandungan. Awalnya dia merasa jijik. Melihat para wanita terbaring lemah di atas kasur, dengan darah yang berceceran.. ''Ohhh nein..... das ist schlimm!'' Oh tidak... ini parah!, sahutnya. Ingin rasanya praktikum di stasiun ini segera berakhir, pikirnya. Namun ketika dia menemani dokter di ruangan praktiknya, untuk mendengarkan konsultasi para pasiennya, hilanglah semua keraguan pada dirinya.
Saat itu dia sedang melihat data pasien yang akan masuk. Sepasang suami istri. Diapun menerka sang istri bukanlah warga negara Jerman, karena nama yang asing yang tidak ia kenal. Ketika pasangan ini datang, dokter di ruangan tersebut dan dia pun tertegun. Ternyata mereka adalah pasangan homoseksual! Mereka menceritakan, betapa mereka ingin memiliki anak dari rahim sang ''istri'' sendiri. Mereka siap berkorban, siap mengeluarkan uang berapapun asalkan mereka bisa memiliki anak. Dokter pun menolaknya, dengan banyak pertimbangan. Pasangan ini pun pulang dengan kecewa. Selama menemani dokter di ruang Prakteknya, dia selalu menemukan cerita-cerita menarik dari dari pasangan suami istri yang mendambakan seorang anak. Akhirnya dia pun memantapkan diri setelah lulus kedokteran umum untuk mengambil spesialis Obstetri & Gynäkologie (Spesialis kebidanan dan kandungan)
Singkat cerita sekarang dia bekerja di Uni Klinikum Gießen juga sebagai dokter yang menangani perancangan kehamilan untuk pasangan yang sulit memiliki anak. Ada satu cerita mengharukan yang ia ceritakan juga. Sepasang suami istri ini sudah lebih dari 4 kali mencoba künstliche Befruchtung (Assisted reproductive technology) untuk bisa mendapatkan anak. Sayang mereka belum mendapatkan hasil yang diinginkan. Datanglah pasangan ini pada dokter Yasemin. Dia pun menjelaskan dari awal bagaimana proses ini dilakukan, kemungkinan gagal dan sebagainya. Dengan mengeluarkan biaya sekitar 5000€ pasangan ini pun menyetujuinya. 7 bulan kemudia sang istri pun hamil, dan ajaibnya ia mengandung 4 orang anak sekaligus. Seiring berjalannya waktu, dokter Yasemin pun mendiagnosa bahwa sang istri mengalami gangguan jiwa. Setiap harinya ia berkata pada dokter bahwa ia hanya ingin mengambil dua anak saja, dua lainnya pun diadopsikan. Ia terus memilih 2 anak yang ingin dia ambil dan pilihannya pun selalu berubah. Sampai waktunya tiba 4 buah anak tak berdosa pun lahir, dia memilih 2 anak yang keluar dari rahimnya pertama kali. 2 anak yang lain ia titipkan pada sang ibu. Setahun kemudian, pasangan ini menyadari bahwa anak yang mereka pilih semuanya cacat. Sang ibu lalu dengan mudahnya menukarkan si anak dengan anak yang dia titipkan pada ibu nya. Sampai sekarang, dokter Yasemin pun belum mendengar lagi kabar dari sang Ibu dan para anaknya. Namun ia sangat menyayangkan atas sikap yang sang ibu ambil, sungguh malangnya nasib si anak.
Sejak pertemuanku dengan dokter Yasemin ini.. hatiku semakin terpaut untuk menjadi dokter spesialis kandungan.. mohon doanya, semoga mendapatkan yang terbaik :)
Sejak pertemuanku dengan dokter Yasemin ini.. hatiku semakin terpaut untuk menjadi dokter spesialis kandungan.. mohon doanya, semoga mendapatkan yang terbaik :)
No comments:
Post a Comment