Pages

Saturday, January 11, 2014

Flashback from Jan 2012

Mengenang 2 tahun lalu sejak keberangkatan saya ke Jerman... ga ada salahnya ya saya flashback apa saja yang sudah saya raih selama 2 tahun di jerman ini..

Berawal dari adaptasi di Jerman. Saya yang datang ke Jerman sendiri, tidak punya keluarga & saudara, hanya bisa bersyukur. Sang Pencipta menjaga saya dari segala kejahatan & keburukan. Ini juga berkat doa orang tua, keluarga dan teman-teman semua. Seminggu pertama saya hanya berdiam di kamar. Tidak kuat dengan dinginnya kota Hannover. Keluar rumah hanya sekedar belanja atau foto-foto, maklum ini kali pertama saya ke Eropa hehe. Saya masih belum bisa menghafal jalan. Bersyukur saya tidak sendiri, Hilmi & Natan, teman seperjuangan saya selalu menemani saya. Mereka terkadang seperti kakak, adik, kadang body guard bahkan porter yang suka bawain barang-barang berat saya :D Teringat betapa ndesonya kita, ketika pertama kali melihat salju turun. kita kegirangan layaknya anak kecil yang diberi sekarung cokat. 

Sang Pencipta pun berkata lain, kita ternyata harus berpisah, mungkin agar kita bisa mandiri dan tidak bergantung satu sama lain. Hilmi di Hannover, saya di Halle dan Natan di Konstanz. Dan sampe detik ini, bertemu dengan Natan itu lebih susah dibanding bertemu dengan artis Ibu Kota :p

di Halle saya memiliki keluarga baru. Keluarga Müller, Mute, ka Chana, ka Rizka, ka Niwi, ka Fara, ka Olla, ka Tami, ka Chila, Heni, Osel, ka Diani, ka Jan, teman2 seperjuangan M Kurs yang rajinnya tak tertandingi Albert, Grand, Karen, Anne, Sahid, Vania, Banu, Emily, Fairuz dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk satu tahun yang tak terlupakan!

Lulus FSP saya pun berimigrasi ke Berlin. menemukan keluarga keluarga baru lagi, belajar banyak hal hal baru dari mereka, mereka selalu mengingatkanku jika aku melakukan kesalahan, mereka bagaikan keluarga kedua ku di Jerman.

oya mengenai pekerjaan.. sedikit banyak saya disini menjelma juga menjadi kuli hehehhe. pekerjaan pertama saya yaitu loper koran. saya bekerja selama hampir 1 bulan dengan gaji sangat minim, 7€ per hari. setelah itu saya merangkap sebagai cleaning service di hotel. pekerjaan yang sangat melelahkan dan bikin tangan saya pegal pegal setelah sampai rumah. kelebihannya gaji besar sekitar 9€ per jam dan saya terbiasa menjadi orang super bersih (efek samping jadi cleaning service). lalu saya melanjutkan bekerja di pabrik mobil. saya sendiri ga ngerti, kenapa saya dikasih kerjaan disini. saya harus memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Satu barang yang sangat kecil saja, beratnya saya perkirakan sampai 1 kg lebih. Saya tidak kuat kerja disini walaupun mendapatkan gaji 8,5€ per jam. Pasalnya pekerjaan ini berat, dan saya adalah pekerja wanita satu satunya disana. Bekerja dikelilingi para lelaki berotot, berpakain hanya kaos kutang membuat saya takut sendiri hehehe. Lalu di Berlin, saya mendampingi siswa siswi yang baru sampai di Jerman, dari melaporkan diri, perpanjang visa, aktivadi rekening Bank dll. Setelah saya berimigrasi ke Gießen, saya mulai mendapatkan pengalaman kerja baru yang menarik. Pertama saya mencoba menjadi Tourguide. Saya menemani tamu dari perusahaan Indonesia berkeliling Swiss Perancis dan Italy. Saat itu saya hanya meminta upah 200€, dimana menurut traveler sejati, upah tersebut sangatlah minim. Tak apalah, untuk pengalaman pertama :) Dan yang terakhir saya bekerja di Pflegeheim, yaitu tempat tinggal untuk orang cacat dan orang yang sudah tua. Gajinya cukup besar, 9€ per jam. Alhamdulillah nya lagi, tempat kerjanya tidak jauh dari rumah saya. Pekerjaan saya adalah merawat mereka. Dari mulai memandikan, menyuapi, membersihkan mereka jika mereka BAK & BAB, mengajak mereka berinteraksi dsb. Meskipun awalnya saya merasa jijik, sekarang saya pun sudah memulai terbiasa. Toh jika saya sudah jadi dokter, saya pun akan banyak berinteraksi dengan aktivitas ini :))))

Sekarang saya sedang menjalani Semester 2 di dunia perkuliahan kedokteran. Alhamdulillah puji syukur, sampai saat ini kuliah saya lancar. Awalnya saya memang tidak terlalu terobsesi menjadi dokter. Namun setelah memulai kuliah, ternyata banyak hal baru yang saya temukan. Menjelajahi Anatomi tubuh manusia. mempelajari proses proses kimia yang ada di dalam tubuh. mengenal penyakit beserta penyebabnya. secara tidak langsung, saya bersyukur kepada Allah Yang Maha Hebat, yang telah menciptakan makhluknya dengan sangat terperinci. 

Akhir kata dari ke-melow-an saya hari ini hehe saya minta doanya agar studi saya dilancarkan dan cita-cita saya pun tercapai. sehingga saya bisa jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. saya pun berharap yang sama untuk teman teman semua!

Saturday, January 4, 2014

Motivatorku..

Setiap Rabu sore di semester 2 saya masuk ke kelas EKM (Einführung in die klinische Medizin). Disini kita mendengarkan seminar langsung dari dokter spesialis di bidangnya masing-masing. Para dokter menjelaskan hubungan antara teori yang sedang kita pelajari di pre klinik ini dengan praktik kedokteran sesungguhnya. Hari itu, Rabu 20 November 2013 saya benar-benar tidak ada keinginan untuk masuk ke kelas ini. Pasalnya jam 8 malam nanti, saya harus mengikuti ujian Fisika pertama saya. Du lieber Gott, ujian macam apa malam-malam seperti ini, ketika gedung-gedung kampus sudah sepi dan kantinpun sudah tutup saya masih harus menulis ujian. Namun mau tidak mau saya harus datang ke kelas EKM ini, karena ini adalah kelas wajib.

Ternyata saya tidak menyesal datang ke kelas EKM pada hari itu. Karena dokter cantik spesialis kandungan lah yang memberikan materi Seminar. Namanya dr. med Yasemin Tastan. Dari namanya terdengar seperti turunan Turki. Ketika beliau memasuki ruangan, temanku berkata ''Hööö.. wer ist sie?'' Hey, siapa dia?.. Kami semua menyangka bahwa ada mahasiswi lain yang salah masuk ke ruangan kami. Namun ternyata dia lah si pembicara kita pada hari itu. Dia sangat cantik, masih muda dan terlihat tipe periang. Pikiran pertama yang muncul di kepala saya adalah ''Saya semakin termotivasi untuk menjadi Dokter spesialis kandungan''. Dia ternyata menyampaikan seminar dengan cara yang berbeda. Tanpa Slideshow dan menjelaskan sembari duduk. Dia mengawali seminar dengan menceritakan bagaimana dia bisa jadi Gynäkologin. Sejak kecil ia ingin sekali menjadi dokter, tepatnya Pädiatrie, dokter spesialis anak. Namun dari hasil rapornya, hampir semua guru mencibirnya. Bagaimana dia bisa menjadi dokter, kalau nilai rapor dia semua jelek. Guru-guru nya pun menawarkan agar dia mengambil jurusan lain. Ternyata dia adalah tipe kepala batu, setelah lulus sekolah dia mendaftar jurusan Kedokteran di Gießen. Dengan nilai yang pas pas an, akhirnya dia pun mendapatkan tempat disana.  Selanjutnya dia menceritakan bahwa dia tetap ingin menjadi dokter anak. Ketika harus melakukan Praktikum, dia melamar di stasiun bagian Anak. Namun karena kehabisan tempat untuk Praktikum disana, dia pun mencoba Praktikum di stasiun Kandungan. Awalnya dia merasa jijik. Melihat para wanita terbaring lemah di atas kasur, dengan darah yang berceceran.. ''Ohhh nein..... das ist schlimm!'' Oh tidak... ini parah!, sahutnya. Ingin rasanya praktikum di stasiun ini segera berakhir, pikirnya. Namun ketika dia menemani dokter di ruangan praktiknya, untuk mendengarkan konsultasi para pasiennya, hilanglah semua keraguan pada dirinya.

Saat itu dia sedang melihat data pasien yang akan masuk. Sepasang suami istri. Diapun menerka sang istri bukanlah warga negara Jerman, karena nama yang asing yang tidak ia kenal. Ketika pasangan ini datang, dokter di ruangan tersebut dan dia pun tertegun. Ternyata mereka adalah pasangan homoseksual! Mereka menceritakan, betapa mereka ingin memiliki anak dari rahim sang ''istri'' sendiri. Mereka siap berkorban, siap mengeluarkan uang berapapun asalkan mereka bisa memiliki anak. Dokter pun menolaknya, dengan banyak pertimbangan. Pasangan ini pun pulang dengan kecewa. Selama menemani dokter di ruang Prakteknya, dia selalu menemukan cerita-cerita menarik dari dari pasangan suami istri yang mendambakan seorang anak. Akhirnya dia pun memantapkan diri setelah lulus kedokteran umum untuk mengambil spesialis Obstetri & Gynäkologie (Spesialis kebidanan dan kandungan)

Singkat cerita sekarang dia bekerja di Uni Klinikum Gießen juga sebagai dokter yang menangani perancangan kehamilan untuk pasangan yang sulit memiliki anak. Ada satu cerita mengharukan yang ia ceritakan juga. Sepasang suami istri ini sudah lebih dari 4 kali mencoba künstliche Befruchtung  (Assisted reproductive technology) untuk bisa mendapatkan anak. Sayang mereka belum mendapatkan hasil yang diinginkan. Datanglah pasangan ini pada dokter Yasemin. Dia pun menjelaskan dari awal bagaimana proses ini dilakukan, kemungkinan gagal dan sebagainya. Dengan mengeluarkan biaya sekitar 5000€ pasangan ini pun menyetujuinya. 7 bulan kemudia sang istri pun hamil, dan ajaibnya ia mengandung 4 orang anak sekaligus. Seiring berjalannya waktu, dokter Yasemin pun mendiagnosa bahwa sang istri mengalami gangguan jiwa. Setiap harinya ia berkata pada dokter bahwa ia hanya ingin mengambil dua anak saja, dua lainnya pun diadopsikan.  Ia terus memilih 2 anak yang ingin dia ambil dan pilihannya pun selalu berubah. Sampai waktunya tiba 4 buah anak tak berdosa pun lahir, dia memilih 2 anak yang keluar dari rahimnya pertama kali. 2 anak yang lain ia titipkan pada sang ibu. Setahun kemudian, pasangan ini menyadari bahwa anak yang mereka pilih semuanya cacat. Sang ibu lalu dengan mudahnya menukarkan si anak dengan anak yang dia titipkan pada ibu nya. Sampai sekarang,  dokter Yasemin pun belum mendengar lagi kabar dari sang Ibu dan para anaknya. Namun ia sangat menyayangkan atas sikap yang sang ibu ambil, sungguh malangnya nasib si anak.

Sejak pertemuanku dengan dokter Yasemin ini.. hatiku semakin terpaut untuk menjadi dokter spesialis kandungan.. mohon doanya, semoga mendapatkan yang terbaik :)