Pages

Friday, September 27, 2013

Surat cinta untuk cucu tersayang




"Syifa sayang,

terimakasih untuk surat cinta yang kamu tulis, kami disini sangat senang sekali! Kami kangen sekali dengan kamu dan kami selalu memikirkanmu. Bagus mendengar kamu pergi ke Köln, Aachen, Mastricht dan Brussel! terima kasih juga untuk Foto yang cantik saat di Köln! Studimu memang susah, TAPI kamu pasti bisa! Waktu-waktu yang terasa sulit - jangan takut - mereka akan cepat berlalu. Semoga kamu mendapatkan teman disana, hal ini sangatlah penting! Kami selalu menyemangatimu, untuk setiap Ujian dan dengan ini semua akan berjalan baik untukmu.

kami memelukmu!

Opa & Oma mu

All the best for you!"

Malaikat dari Halle : Kehangatan Nenek Gisella & Kakek Igor

Berawal dari perkenalan singkat bersama sepasang kakek&nenek yang sudah berumur 70 tahun lebih ini di kota Halle, saya belajar banyak hal dan disinilah saya memiliki keluarga baru.

Pertama kali berkunjung, saya datang bersama 3 teman saya ke rumah pasangan ini untuk minum teh bersama. Kami dijemput di Haltestelle1 dekat rumah mereka oleh Kakek Igor sekitar jam 4 sore. Awalnya saya merasa canggung luar biasa. Karena saya baru sekitar 4 bulan di Jerman, dan belum tahu bagaimana tatakrama bertamu di Jerman. Ketika kami masuk, kami disambut oleh pelukan hangat nenek ini. Ya, Nenek Gisella memberikan kami pelukan hangat walaupun ini adalah kali pertamanya kami bertemu. Dia tidak peduli bahwa kami adalah orang yang baru ia kenal dan kami penduduk asing di Jerman.

Setelah itu, dipikiran saya adalah mencari dimana ruang tamu berada. Tapi ternyata Nenek Gisella mengajak kami mengelilingi seisi rumahnya. Dia menunjukkan kami dimana dapur, kamar mandi, ruang tv, makan dan ruang tamu, serta ruang tidur mereka. Tak lupa dia juga menjelaskan secara singkat beberapa foto yang dia pajang di rumahnya.


Barulah setelah itu kami pergi ke ruang tamu dan kami disuguhi banyak makanan. Ternyata Nenek Gisella membuatkan kami banyak sekali kue. Kakek Iron pun membelikan kami berbagai macam ice cream, sampai kami pun speechles begitu senangnya. Dan mulailah perbincangan kami yang berawal dari memperkenalkan keluarga masing-masing sampai obrolan masa penjajahan Belanda.  Sampai waktu menunjukkan pukul 10 malam, kami pun pulang ke rumah.

Ruang tamu rumah kakek&nenek

Kunjungan kami yang pertama ini membuat saya sangat senang bukan main. Saya merasa memiliki keluarga baru dan tidak merasa kesepian lagi. Disela-sela waktu sekolah, saya sempatkan untuk menelpon mereka hanya sekedar menanyakan kabar. Minimal sebulan sekali kami berkunjung ke rumah mereka. Nenek Gisella juga rajin mengirimkan surat, kartu pos, kalender bahkan coklat kepada keluarga kami di Indonesia. Kakek Iron mengantarkan makanan jika kami sakit. Mereka membantu tugas-tugas sekolah kami, membantu kami mencarikan rumah. Nenek Gisella mengundang kami datang ke kebunnya di waktu musim panas, dan kami bersama kakek Iron memetik buah Strawberry bersama. Pergi menonton konser musik dan berburu makanan di Weihnachtsmarkt adalah kegiatan kami di musim dingin. Nenek Gisella juga mengajarkan saya cara membuat keramik. Ketika mereka berulang tahun, kami juga datang untuk merayakannya. Dan kami merayakan bersama kunjungan Mama saya di Jerman. Tak terasa lambat laun kami seperti benar-benar keluarga.

Sampai akhirnya saya harus meninggalkan kota Halle. Berarti saya meninggalkan Nenek Gisella dan Kakek Igor, meninggalkan keluarga baru saya. Hari terakhir saya di Halle, saya berkunjung ke rumah mereka dan memberikan sebuah figura. Nenek Gisella pun menangis atas kepergian saya. Hari itu, menjadi hari yang sangat mengharukan.

Tak disangka-sangka, sebulan setelah kepergian saya Nenek Gisella & Kakek Igor mengirimkan saya banyak sekali kertas kosong beserta amplop. Ternyata mereka ingin agar saya selalu mengirimkan kabar kepada mereka, karena mereka sangat khawatir terhadap saya. Saya pun mulai mengirimkan surat tentang pengalaman pertama kuliah saya, bagaimana kehidupan saya disini. Saya pernah hanya mengirimkan surat berisikan saya lulus ujian Anatomy tanpa kata-kata lain dan mereka pun membalas surat saya dengan ucapan selamat yang bertubi-tubi. Tepat di hari ulang tahun saya, Briefkasten2 saya penuh dengan paket berisi coklat dari mereka. Sampai ketika saya berencana pulang ke Indonesia, kakek Igor mengirimkan saya banyak keramik untuk keluarga saya.

Hampir dua taun saya mengenal mereka, saya belajar bagaimana cara menyatukan budaya, agama, cara pandang dan prinsip yang berbeda. Belajar untuk selalu membuat senang orang-orang di sekitar, belajar mensupport satu sama lain, belajar untuk tidak pernah lelah membantu orang, belajar untuk selalu berlaku baik, belajar untuk selalu semangat dan tegar menjalani hidup dan belajar untuk saling menyayangi. Saya bersyukur kepada Allah SWT diberi kesempatan untuk mengenal pasangan ini, yang telah memberikan saya banyak pelajaran berharga.








Haltestelle1 – Halte
Briefkasten2 – Kotak Pos