Foto milik pribadi |
Memasuki musim haji tahun ini, memori saya membuka dan mengingat kembali kejadian tahun lalu. Persis ketika musim haji 2015.
Suatu pagi grup whatsapp komunitas muslim kami ramai dengan berita seorang calon jamaah haji wanita Indonesia asal Inggris yang dilarikan ke rumah sakit dikarenakan pingsan ketika sedang transit di bandara Frankfurt. Akhirnya beberapa orang dibantu oleh konsulat mengerahkan tenaga nya untuk memberi support moril maupun materiil kepada calon jamaah haji wanita ini beserta suaminya.
Berselang dua hari dari kejadian, saya bersama beberapa teman akhwat lainnya menyempatkan diri untuk menjenguk beliau dan bertemu suaminya (sebut saja Ibu Rina dan Pak Wahyu). Hari itu kami datang cukup pagi dan ternyata Pak Wahyu sedang tidak ada di kamar pasien. Kami pun meminta izin kepada perawat untuk menjenguk Bu Rina, dengan izin Pak Wahyu sebelumnya. Ketika memasuki ruangan, hati kami terasa menangis lirih. Melihat Ibu Rina yang terbaring tanpa sadar di kasur, dengan berbagai kabel dan selang yang menghubungkan tubuhnya dengan monitor-monitor. Kami hanya mengajak beliau berbicara sebentar juga membacakan beberapa ayat suci Al-Quran dan kami pun kembali ke ruang tunggu, menunggu kedatangan Pak Wahyu.
Siang hari tiba dan kami pun bertemu dengan Pak Wahyu. Beliau menceritakan kepada kami bagaimana kronologi peristiwa tersebut. Pada hari itu jamaah haji asal Inggris terbang ke Saudi Arabia dan melakukan transit sebelumnya di Frankfurt, Jerman. Bu Rina sempat mengeluh pusing kepada Pak Wahyu lalu ia izin untuk pergi ke toilet sebentar. Tak lama Bu Rina sudah ditemukan dalam keadaan tidak sadar di toilet dan segera dibawa ke Uni Klinik Frankfurt. Mau tidak mau Pak Wahyu pun tidak melanjutkan perjalanan haji nya bersama rombongan dan memilih menetap bersama istrinya. Dokter pun mendiagnosa bahwa sakit kepala tersebut datang karena ada pembuluh darah di otak yang pecah dan mengakibatkan Bu Rina tidak sadarkan diri. Pak Wahyu sempat dipusingkan dengan masalah lain, yaitu anaknya yang masih kecil yang mereka tinggalkan di Inggris. Beliau juga sempat bingung karena beliau tidak leluasa bergerak di Jerman terkait masalah visa. Ya, Pak Wahyu tidak punya izin untuk stay di Jerman. Alhamdulillah ada satu keluarga senior yang bersedia menjadi tumpangan selama Bu Rini dirawat. Tak lama Pak Wahyu mengajak kami untuk masuk ke kamar pasien.
''Assalamu'alaikum Umi... apa kabar Umi hari ini? Umi lihat siapa yang datang.. ada Mba Syifa, saudara Umi dari Jerman..'', bisik Pak Wahyu lembut kepada istrinya.
''Iya Mba Syifa.. Beginilah keadaan istri saya sekarang. Saya tidak mengizinkan ada lelaki yang masuk ke ruangan ini. Jika mau besuk bisa sampai di ruang tunggu saja. Karena umi nya ga pake jilbab. Saya titip ya Mba Syifa.. jika ada waktu teman-teman perempuannya datang kesini, ajak ngobrol istri saya dan membacakan ayat Al-Quran. Saya ga bisa terus disini, karena harus mengurus administrasi juga'' ujar Pak Wahyu kepada saya. Pak Wahyu lalu memberikan Al-Quran yang terletak di samping kepala Bu Rini kepada saya, ''Ini Mba.... Saya selalu tandain ayat terakhir yang dibaca dengan ini.. Saya hanya melanjutkan bacaan istri saya agar istri saya menyempatkan khatam Al-Quran. Nanti Mba Syifa bisa lanjutin saja ya...''
Saya tidak banyak berbicara saat itu. Hanya air mata yang jatuh membasahi pipi saya. Saya berusaha untuk tidak menangis agar Pak Wahyu tidak semakin sedih. Entahlah.. saya melihat ada cinta yang amat besar disitu, sehingga hati ini dibuat larut merasakan atmosfernya.
Selang beberapa waktu datanglah seorang perawat laki-laki dan menghampiri Pak Wahyu. Dengan bahasa inggris yang terbata-bata, ia memperkenalkan dirinya kepada Pak Wahyu, ''Halo selamat siang Pak Wahyu. Saya perawat yang bertanggung jawab mengurus istri Bapak siang ini sampai besok pagi. Jika bapak ada pertanyaan atau ingin berbicara dengan dokter, bisa langsung menghubungi saya.''
Pak Wahyu pun menjawab dengan suara bergetar menahan tangis, ''Terimakasih.. terimakasih banyak. Saya sangat bersyukur. Rumah sakit ini bersama dokter dan perawatnya telah menangani istri saya dengan sangat sigap. Anda tahu.. saya tidak kenal siapa-siapa di Jerman ini. Bahasa nya pun saya tidak bisa. Sampai Tuhan mendatangkan banyak bantuan kepada saya. Saya dibantu mengurus urusan administrasi saya dan istri saya disini, saya diberi tempat menginap dan makan, saya berkenalan dengan banyak saudara baru. Semua ini membuat saya lebih kuat menghadapi cobaan ini. Terimakasih banyak... Mohon doanya untuk kesembuhan istri saya...''
Setelah itu saya pun izin pamit meninggalkan Pak Wahyu bersama istri. Beberapa hari setelahnya kami mendapatkan info bahwa Ibu Rina meninggal dunia. Komunitas Muslim Frankfurt segera membantu mencarikan masjid yang bersedia memandikan dan menshalatkan jenazah. Dikabarkan, Ibu Rina adalah sosok yang aktif dalam dunia dakwah. Beliau aktif dalam kegiatan taklim dan pendidikan anak kecil. Janji Allah SWT terbutkti --- ''Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.'' (Q.s. Muhammad : 7) -- Allah SWT memudahkan proses pencarian muslimische Bestattung sampai dengan pengiriman jenazah ke tanah air dengan harga yang cukup murah. Imam dan para jamaah salah satu masjid Turki dekat Uni Klinik juga banyak membantu Pak Wahyu dan keluarga. Sampai akhirnya putri Pak Wahyu menyusul ke Jerman dan mengetahui keadaan ibunya yang sebenarnya. Setelah proses pemandian, shalat dan administrasi selesai, keluarga Pak Wahyu pulang ke tanah air untuk proses pemakanan jenazah Ibu Rina, diantarkan oleh keluarga baru mereka di Jerman. Kabarnya Pak Wahyu tahun ini akan menunaikan ibadah haji nya yang tertunda. Semoga Allah SWT menganugrahkan beliau haji yang mabrur.
Teruntuk Ibu Rina..
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبَ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِها، وَأدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهاَ مِنْ عَذَابَ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
Dari pasangan ini saya belajar banyak mengenai arti cinta, ketulusan dan ikhlas. Semua dilakukan semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Semoga Allah SWT pertemukan kembali pasangan ini di surga-Nya.
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.
Gießen, 19 Dzulqa'dah 1437 H