Pages

Monday, August 22, 2016

Pasangan Dunia Akhirat

Foto milik pribadi

Memasuki musim haji tahun ini, memori saya membuka dan mengingat kembali kejadian tahun lalu. Persis ketika musim haji 2015.

Suatu pagi grup whatsapp komunitas muslim kami ramai dengan berita seorang calon jamaah haji wanita Indonesia asal Inggris yang dilarikan ke rumah sakit dikarenakan pingsan ketika sedang transit di bandara Frankfurt. Akhirnya beberapa orang dibantu oleh konsulat mengerahkan tenaga nya untuk memberi support moril maupun materiil kepada calon jamaah haji wanita ini beserta suaminya.

Berselang dua hari dari kejadian, saya bersama beberapa teman akhwat lainnya menyempatkan diri untuk menjenguk beliau dan bertemu suaminya (sebut saja Ibu Rina dan Pak Wahyu). Hari itu kami datang cukup pagi dan ternyata Pak Wahyu sedang tidak ada di kamar pasien. Kami pun meminta izin kepada perawat untuk menjenguk Bu Rina, dengan izin Pak Wahyu sebelumnya. Ketika memasuki ruangan, hati kami terasa menangis lirih. Melihat Ibu Rina yang terbaring tanpa sadar di kasur, dengan berbagai kabel dan selang yang menghubungkan tubuhnya dengan monitor-monitor. Kami hanya mengajak beliau berbicara sebentar juga membacakan beberapa ayat suci Al-Quran dan kami pun kembali ke ruang tunggu, menunggu kedatangan Pak Wahyu.

Siang hari tiba dan kami pun bertemu dengan Pak Wahyu. Beliau menceritakan kepada kami bagaimana kronologi peristiwa tersebut. Pada hari itu jamaah haji asal Inggris terbang ke Saudi Arabia dan melakukan transit sebelumnya di Frankfurt, Jerman. Bu Rina sempat mengeluh pusing kepada Pak Wahyu lalu ia izin untuk pergi ke toilet sebentar. Tak lama Bu Rina sudah ditemukan dalam keadaan tidak sadar di toilet dan segera dibawa ke Uni Klinik Frankfurt. Mau tidak mau Pak Wahyu pun tidak melanjutkan perjalanan haji nya bersama rombongan dan memilih menetap bersama istrinya. Dokter pun mendiagnosa bahwa sakit kepala tersebut datang karena ada pembuluh darah di otak yang pecah dan mengakibatkan Bu Rina tidak sadarkan diri. Pak Wahyu sempat dipusingkan dengan masalah lain, yaitu anaknya yang masih kecil yang mereka tinggalkan di Inggris. Beliau juga sempat bingung karena beliau tidak leluasa bergerak di Jerman terkait masalah visa. Ya, Pak Wahyu tidak punya izin untuk stay di Jerman. Alhamdulillah ada satu keluarga senior yang bersedia menjadi tumpangan selama Bu Rini dirawat. Tak lama Pak Wahyu mengajak kami untuk masuk ke kamar pasien. 

''Assalamu'alaikum Umi... apa kabar Umi hari ini? Umi lihat siapa yang datang.. ada Mba Syifa, saudara Umi dari Jerman..'', bisik Pak Wahyu lembut kepada istrinya. 

''Iya Mba Syifa.. Beginilah keadaan istri saya sekarang. Saya tidak mengizinkan ada lelaki yang masuk ke ruangan ini. Jika mau besuk bisa sampai di ruang tunggu saja. Karena umi nya ga pake jilbab. Saya titip ya Mba Syifa.. jika ada waktu teman-teman perempuannya datang kesini, ajak ngobrol istri saya dan membacakan ayat Al-Quran. Saya ga bisa terus disini, karena harus mengurus administrasi juga'' ujar Pak Wahyu kepada saya. Pak Wahyu lalu memberikan Al-Quran yang terletak di samping kepala Bu Rini kepada saya, ''Ini Mba.... Saya selalu tandain ayat terakhir yang dibaca dengan ini.. Saya hanya melanjutkan bacaan istri saya agar istri saya menyempatkan khatam Al-Quran. Nanti Mba Syifa bisa lanjutin saja ya...''

Saya tidak banyak berbicara saat itu. Hanya air mata yang jatuh membasahi pipi saya. Saya berusaha untuk tidak menangis agar Pak Wahyu tidak semakin sedih. Entahlah.. saya melihat ada cinta yang amat besar disitu, sehingga hati ini dibuat larut merasakan atmosfernya. 

Selang beberapa waktu datanglah seorang perawat laki-laki dan menghampiri Pak Wahyu. Dengan bahasa inggris yang terbata-bata, ia memperkenalkan dirinya kepada Pak Wahyu, ''Halo selamat siang Pak Wahyu. Saya perawat yang bertanggung jawab mengurus istri Bapak siang ini sampai besok pagi. Jika bapak ada pertanyaan atau ingin berbicara dengan dokter, bisa langsung menghubungi saya.''

Pak Wahyu pun menjawab dengan suara bergetar menahan tangis, ''Terimakasih.. terimakasih banyak. Saya sangat bersyukur. Rumah sakit ini bersama dokter dan perawatnya telah menangani istri saya dengan sangat sigap. Anda tahu.. saya tidak kenal siapa-siapa di Jerman ini. Bahasa nya pun saya tidak bisa. Sampai Tuhan mendatangkan banyak bantuan kepada saya. Saya dibantu mengurus urusan administrasi saya dan istri saya disini, saya diberi tempat menginap dan makan, saya berkenalan dengan banyak saudara baru. Semua ini membuat saya lebih kuat menghadapi cobaan ini. Terimakasih banyak... Mohon doanya untuk kesembuhan istri saya...''

Setelah itu saya pun izin pamit meninggalkan Pak Wahyu bersama istri. Beberapa hari setelahnya kami mendapatkan info bahwa Ibu Rina meninggal dunia. Komunitas Muslim Frankfurt segera membantu mencarikan masjid yang bersedia memandikan dan menshalatkan jenazah. Dikabarkan, Ibu Rina adalah sosok yang aktif dalam dunia dakwah. Beliau aktif dalam kegiatan taklim dan pendidikan anak kecil. Janji Allah SWT terbutkti --- ''Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.'' (Q.s. Muhammad : 7) -- Allah SWT memudahkan proses pencarian muslimische Bestattung sampai dengan pengiriman jenazah ke tanah air dengan harga yang cukup murah. Imam dan para jamaah salah satu masjid Turki dekat Uni Klinik juga banyak membantu Pak Wahyu dan keluarga. Sampai akhirnya putri Pak Wahyu menyusul ke Jerman dan mengetahui keadaan ibunya yang sebenarnya. Setelah proses pemandian, shalat dan administrasi selesai, keluarga Pak Wahyu pulang ke tanah air untuk proses pemakanan jenazah Ibu Rina, diantarkan oleh keluarga baru mereka di Jerman. Kabarnya Pak Wahyu tahun ini akan menunaikan ibadah haji nya yang tertunda. Semoga Allah SWT menganugrahkan beliau haji yang mabrur.

Teruntuk Ibu Rina..
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبَ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِها، وَأدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهاَ مِنْ عَذَابَ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Dari pasangan ini saya belajar banyak mengenai arti cinta, ketulusan dan ikhlas. Semua dilakukan semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Semoga Allah SWT pertemukan kembali pasangan ini di surga-Nya.

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.








Gießen, 19 Dzulqa'dah 1437 H

Friday, August 5, 2016

Pembelaan Tanpa Diminta

Pada suatu pagi di bangsal penyakit dalam Bürger Hospital Friedberg.


''Guten morgen Herr Schütz.. Bei Ihnen wurde heute noch keine Laborkontrolle gemacht, oder?'' - ''Selamat pagi Tuan Schütz.. Hari ini belum ada kontrol labor untuk anda kan?''


''Morgen.. ich weiß es nicht. Was heißt dann?'' - ''Selamat pagi.. saya tidak tau. Apa itu artinya?''

''Eine Blutentnahme. Dann steche ich Sie mal jetzt.'' - ''Ambil darah. Kalau begitu saya tusuk anda sekarang ya.'' (dengan nada bercanda).

''Haha ja.. Sie können mich gerne piksen. Sie lachen so mit Freude, sind Sie Muslim?'' - ''Haha ya.. Silahkan tusuk saya sesuka anda. Anda tertawa begitu ceria, apakah anda Muslim?''

''Ya....''
Merasa kikuk dengan tema itu, saya pun mengakhiri percakapan dengan bergaya sibuk mencari vena Tuan Schütz untuk diambil darahnya.

Suasana pun menjadi sepi ketika proses darah diambil. Lalu Tuan Schütz memulai percakapan kembali.

''Darf ich Ihnen was sagen. Was Sie im Kopf anhaben, finde ich gar nicht schlecht. Es ist sogar schön. Sie brauchen keine Angst wegen Ihrem Kopftuch, wegen Ihrem Aussehen. Sie sprechen gut deutsch, Sie verhalten sich gut, Sie werden eine gute muslimische Ärztin sein. Ich habe auch ein Paar türkische Kollege und sie sind sehr sehr nett. So brauchen Sie keine Angst was von den Medien berichtet wird.'' - ''Bolehkah saya berkata sesuatu.. Yang anda kenakan di kepala itu tidaklah buruk. Bahkan terlihat indah. Jadi anda tidak perlu takut karena jilbab anda, karena penampilan anda. Anda berbicara bahasa jerman dengan baik, berperilaku baik, anda juga akan menjadi seorang dokter muslim yang baik. Saya juga memiliki beberapa Kolega asal turki, mereka sangatlah ramah. Jadi anda tidak perlu takut, juga atas apa yang media beritakan. 

Saya tersenyum heran pada Tuan Shütz. Ada apa beliau tiba-tiba berbicara seperti itu, seolah mengungkapkan semua rasa takut yang dirasakan umat Muslim di Jerman akhir-akhir ini. Entahlah, yang jelas saya tau bahwa beliau berbicara serius. Bukan sedang mengigau :D und er hat damit meinen Tag gerettet! :)






Jum'ah Mubarak!
Famulatur Innere Medizin 14. Tag


Monday, August 1, 2016

Indonesian Care Day

Indonesian Care Day - sebuah Pilot Programm - yang di inisiasi oleh MMI (Masyarakat Muslim Indonesia) dan JKI (Jemaat Kristen Indonesia) yang berada di kota Frankfurt am Main Jerman. Bentuk acaranya yaitu berbagi bersama saudara-saudara imigran yang berasal dari negara konflik. Mengenalkan budaya Indonesia melalui tarian Ngarojeng dan Saman. Serta berbagi pengalaman bagaimana berintegrasi di Jerman, pengalaman memulai hidup di Jerman, bagaimana bisa mudah belajar bahasa Jerman dsb.

Acara ini dihadiri oleh 140 saudara pengungsi yang berasal dari Afghanistan, Suriah, Irak dan Eritrea, beberapa tim Deutsches Rotes Kreuz, juga 40 anggota dari organisasi MMI dan JKI.



Antusiasme para imigran ini sangat tinggi. Terlihat ketika mereka khusyuk melihat tarian Ngarojeng dan Saman, bertepuk tangan meriah ketika pertunjukan tari selesai, juga ketika sesi sharing diadakan. Bahkan ada salah satu imigran (sepertinya berasal dari Afghanistan) yang memberanikan diri naik ke panggung dan menyampaikan beberapa kalimat kepada kami. 

''Terimakasih kepada teman-teman dari Indonesia yang sudah membuat acara ini untuk kami. Kita semua sama-sama kesini sebagai pendatang. Namun ada perbedaan yang sangat besar antara kita. Kalian datang kesini untuk sekolah, mencari ilmu dan bekerja. Tapi kami datang kesini sebagai pengungsi. Kami rasa ada kesulitan besar yang harus kami hadapi. Namun ternyata setiap orang memiliki kesulitan masing-masing ketika datang kesini.''

Puncak acara diisi dengan barbeque-an dan makan sore bersama. Lucunya ada beberapa saudara kami ini yang merasa hidangan makanan kami terlalu pedas, namun banyak juga yang menambah sambal sampai berkali-kali :D Kepuasan kami sebagai panitia terlihat ketika banyak yang menambah makan sampai berulang kali.

Semoga acara Indonesia Care Day ini sedikitnya bisa memotivasi saudara kita ini untuk bisa terus tersenyum dalam keadaan apapun. Meredakan trauma yang sudah tertanam pada diri mereka. Dan semoga acara ini menjadi awal dari kegiatan-kegiatan seru selanjutnya antara organisasi MMI bersama JKI ;)









"Saya cukup kaget, tidak mudah mengatur mereka, membuat mereka konsentrasi fokus dalam waktu beberapa jam, belum pernah terjadi, tapi hari ini saya lihat mereka bisa konsentrasi mengikuti alur acara ini. Saya kaget". Kira kira begitu penuturan kepala asrama pengungsi di Dornbusch. Apresiasi setinggi tingginya untuk semua pihak yg telah membantu kegiatan ini hingga terlaksana.


PS. : saya sempet mewawancarai salah satu dari mereka, tapi lupa izin tanya apakah yang bersangkutan berkenan jika video nya saya upload :( :(