Saatnya saya mencoba untuk menulis
perjalanan kehidupan di negara dimana saya harus berjuang mati-matian demi
masa depan. Ya, Jerman. Apa yang orang
pikirkan saat mendengar kata "Jerman". Eropa? Bola? Negara maju? Tak
jauh seperti itulah yang ada di dalam benak saya saat Ambu (panggilan untuk mama)
menawarkanku untuk melanjutkan kuliah disana.
Memang saat duduk di bangku SMA
kelas 1, sudah terpikirkan oleh saya bersama Jova, teman saya, untuk melanjutkan kuliah
di luar negri dengan beasiswa. Ternyata sangat sedikit beasiswa yang diberikan
untuk Bachelor dibanding Master dan Doktor. Saya coba untuk mendaftar beasiswa
ke banyak tempat, termasuk beasiswa ke Jepang yang sangat terkenal, yaitu Monbukagakusho. Sayangya saya tidak lolos seleksi. Suatu hari, datang sebuah
agen Pendidikan ke sekolah saya yang menawarkan kulaih S1 di Jerman. Dalam
benak saya, ah Jerman! Negara Eropa.. Kualitas pendidikan kedokteran yang bagus..
aaah saya mau kesana.. Ditambah lagi, agen tersebut megatakan bahwa kuliah di
Jerman tidak dikenakan biaya dan hanya membutuhkan minimal nilai 7 di rapot.
Mudah sekali untuk kuliah di Jerman dibanding di Indonesia, dimana masuk
Universitas unggul melalui jalan PMDKpun membutuhkan nilai rapot minimal 8,5. Ditambah
lagi biaya kuliah di Indonesia yang sangat mahal. Alhasil saya pun tertarik dengan tawaran tersebut. Tapi ternyata biaya pengurusannya
tidaklah murah. Sayapun mulai mencaritahu agen pendidikan yang lain dan
membandingkan harganya, tapi ternyata semua menawarkan biaya pelayanan
pengurusan yang tidak jauh berbeda. Sedikit perasaan tidak enak pada orangtua
menghantui saya, saya tidak mau membebani orangtua dengan biaya semahal itu. Walaupun memang nantinya saya tetap akan kuliah dengan biaya yang gratis seperti
info yang didapat.
Mulai saya mencari informasi
sebanyak banyaknya lewat Internet dan menambah kenalan pelajar-pelajar
Indonesia yang bersekolah di Jerman melalui Facebook. Bisa dibilang rasa
malu saya sudah hilang, semua pelajar Indonesia di Facebook yang berada di Jerman saya kirimi Message yang kurang lebih isinya untuk berkenalan dan mengetahui lebih banyak Info tentang Study di Jerman. Alhamdulillah ternyata
banyak yg merespon positiv dari pesan saya ini.
Berawal dari Facebook ini
akhirnya saya bisa mengenal Ka Bambang Sutrisno, Ka Andi, Ka Ali dan
teman-temannya. Mereka adalah pelajar lulusan Jerman dan sekarang berada di
Indonesia. Pernah suatu hari saya diajak untuk datang ke acara 'Stammtisch' PAJ
(Perhimpunan Alumni Jerman) di daerah Kemang Jakarta. Agak kikuk memang pada saat
itu, karena pasalnya saya hanya mengenal ka Bambang di acara itu namun akhirnya saya diperkenalkan dengan teman-temannya yang lain dan alhasil saya mendapat banyak pengalaman cerita dari mereka mulai dari perbandingan Studi di
Indonesia dengan di Jerman, cara hidup pelajar Indonesia disana, cara belajar,
pemasalahan dalam bahasa dan banyak lagi. Oh iya! Disana sayapun bertemu
dengan Dr.-Ing. Ilham Akbar Habibie, MBA. Beliau adalah anak pertama dari
Pak Habibie dan Ibu Ainun (alm). Sekarang beliau menjabat sebagai Ketua Umum
PAJ ini. Sayangnya.. saya tidak sempat berfoto bersama beliau..
Dari pertemuan di PAJ itu, saya mulai mengenal ka Andi. Beliau adalah mahasiswa lulusan TU Berlin yang sekarang
bekerja di salah satu perusahaan di Indonesia dan menduduki jabatan yang tinggi.
Walaupun beliau sibuk, beliau masih bisa meluangkan waktunya untuk saya dan Sarah untuk belajar bahasa Jerman setiap Weekend. Dan juga Ka Ali,
beliau adalah seorang Konsultan dan bekerja di perusahaan yang ia bina sendiri, lewat
Ka Ali saya diperkenalkan oleh Pak Munir. Beliau sudah lebih dari 50 tahun
tinggal di Jerman, melebihi Pak Habibie ujarnya. Beliau tinggal di
Berlin dan setiap 3 bulan sekali beliau terbang pulang ke Indonesia untuk menegoki rumahnya di Jakarta.
Pak Munir berkata, kalau saya sudah di Jerman, beliau sangat senang jika saya mengunjungi rumahnya di Berlin dan beliau akan siap membantu semampu beliau
jika saya membutuhkan bantuan. Sure, saya tidak menolak tawaran itu!
Ingin kuliah di Jerman, tentu
harus bisa berbahasa Jerman. Walaupun nanti kalian akan kuliah di jurusan
dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris, kalian tetap harus menguasai bahasa
Jerman untuk percakapan sehari-hari. Saya belajar bahasa Jerman dari dasar. Dulu saat masih di SMA, bahasa asing yang saya pelajari adalah Perancis,
sehingga saya benar-benar buta dengan bahasa Jerman. Mulai lah saya mengikuti
kursus bahasa di Goethe-Institut Jakarta. Saya mengikuti kursus ini setelah saya selesai mengikuti Ujian Nasional. Dari senin sampai Jumat, mulai jam 8 pagi sampai
jam 1 siang saya belajar di Goethe ini. Karena saya tinggal di Bogor, mau tidak mau saya harus menjadi ‚Anak Kereta‘ setiap harinya. Berangkat jam setengah 6 pagi, berjuang
dengan para pekerja untuk merebutkan kursi di kereta hehe.. Tapi akhirnya sayapun punya siasat agar saya tidak harus berebut kereta dengan mereka. Saya berangkat
lebih pagi lagi jam 5 subuh! Lalu saya dengan leluasa bisa memilih tempat duduk
di kereta dan melanjutkan tidur hehe. Sekitar jam setengah 7 pagi saya sampai di
Goethe, barulah saya memulai sarapan di Kelas. Yaaa cara ini saya rasa lebih
enak, dibanding saya berangkat agak siang dan harus berdiri selama
perjalanan Bogor-Jakarta. Di Goethe saya bisa belajar bahasa Jerman dengan
leluasa. Disana juga ada perpustakaan yang nyaman banget. Bisa dibilang, itu
adalah perpustakaan pertama yang bisa bikin aku berjam-jam betah stay disitu. Disana
kita bisa membaca buku tentang Budaya Jerman, info-info pendidikan, kita bisa
nonton Film dan Musik Jerman.. Guru-gurunya pun sangat mendukung kita, jika
kita punya pertanyaan seputar pendidikan atau meminta saran, mereka dengan senang
hati bersedia membantu seperti guru saya Frau Lela, Olly, Ratna, Irma, Merry dan Tamo. Tak
terasa juga, saya cepat akrab dengan temen-temen di Goethe ini. Malah kita sudah
seperti saudara karena kita punya tujuan yang sama dan akan sama sama
berjuang di negara yang sama. Sarah, Gemma, Sheryl, Kinda, Regina, Bena, ka
Helmi, ka Saras, Dira, Hafidz, Hilmi, Natan, Bram, Kefas, Om Hur, Marcello,
Sabda, Koko, Bang Almon, Kiki, Ariel, Eland... Sooo.. Ich vermisse euch sehr! Ehrlich! Hehe..
|
Bena, Dira, Regina, Kinda, Saya di A1-Kurs |
|
Kinda, Gemma, Regina, Saya, Sarah di B1-Kurs |
|
Sheryl, Saya, Regina & Ka Helmi di Pameran ''Jerman für Anfanger''. Acara ini diadakan setiap tahun. Di Pameran ini kita bisa tahu segala info tentang Jerman dari mulai Budaya, Gaya Hidup orang Jerman, Festival-Festival yang ada di Jerman, Sejarah, Sepak Bola dan lain lain. |
|
Ini Foto kelas B1 bersama Herr Latschan, reporter dari Deutsche Welle setelah saya, Kiki, Koko Daniel, dan Regina diwawancara oleh beliau seputar Traumberuf.
|
|
Abschlussparty! Akhirnya kita punya Zertifikat-Deutsch untuk bisa mendaftar Studienkolleg di Jerman! Endlich.. |
Yaaa singkat cerita, akhirnya saya bisa melewati semua persyaratan agar saya bisa terbang ke Jerman! Tanggal 20
Desember 2011 pukul 11.30 saya mendapatkan telefon dari Deutsche Botschaft
(Kedutaan Besar Jerman) bahwa saya sudah memiliki izin untuk pergi ke sana!
Rasanya senang sekali bahwa saya tidak harus menunggu lama,
tapi perasaan saya sekaligus sedih karena harus benar benar jauh dari keluarga :(
Sedikit info untuk kamu yang mau
melanjutkan Study S1 di Jerman :
- Biaya pendidikan di Jerman tidak semuanya
gratis. Ada beberapa kota yang masih memungut biaya namun banyak juga yang
sebelumnya bayar sekarang menjadi gratis.
- Arti kata gratis pun bukan gratis benar-benar tidak ada biaya yang dikeluarkan. Kita tetap harus membayar misalnya
Semesterbeitrag, yaitu biaya layanan sosial dan administrasi.
- Di Jerman ada dua Sistem Perkuliahan yaitu
Uni dan FH. Buat kalian yang mau kuliah disini, jangan sampai salah memilih atara FH & Uni ya!
- Buat kita sebagai orang asing dan bukan
berasal dari negara Uni Eropa harus mengikuti Pre-College terlebih dahulu.
Lamanya sekitar 1-2 Semester. Namun ada juga banyak cara untuk langsung mendaftar kuliah tanpa harus mengikuti Pre-College. Pre-College ini lebih dikenal dengan Studienkolleg.
Dan ini adalah langkah-langkah
singkat untuk kuliah S1 di Jerman :
- Kita harus mampu menguasai bahasa
Jerman minimal sampai tingkat B1
- Mengikuti Zertifikat
Deutsch Prüfung
- Menerjemahkan dokumen-dokumen
di salah satu penerjemah Tersumpah yang sudah terdaftar di Kedutaan Besar Jerman seperti :
- Ijazah SMA
- SKHUN
- Rapor SMA 2 semester terakhir
- Akta
Kelahiran (untuk kalian yang berumur dibawah 17 tahun)
Info : Dokumen dapat di Scan dan dikirim via E-Mail kepada Penerjemah
dan hasil terjemahannya akan dikirim ke alamat kamu, tapi sebaiknya bicarakan
dahulu oleh Penerjemahnya. Lamanya waktu penerjemahan bisa 1-4 Minggu.
4. Membuka rekening Deutsche Bank
4.1
Mengirim E-Mail ke db.student@db.com untuk meminta pembukaan rekening
Deutsche Bank. Email bisa dalam bahasa Jerman atau Inggris. Lampirkan Info
siapa kamu, berapa umurmu, mau apa kamu di Jerman, apa tujuan kamu mengirim E-Mail.
|
Contoh permintaan Pembukaan Rekening Deutsche Bank |
4.2
Kamu akan mendapatkan balasan E-Mail yang berisi lampiran Form yang harus kamu isi
4.3
Setelah kamu isi (pastikan Form belum ditandantangan dan semua Data yang kamu isi sudah benar), bawa Form tersebut beserta fotokopi passpor kamu ke Kedutaan Jerman untuk melegalisasi Form tersebut
4.4
Setelah dilegalisasi, kirim Form tersebut ke alamat Deutsche Bank Hamburg
4.5
Tunggu konfirmasi E-Mail dari mereka bahwa Rekening kamu sudah dibuka
4.6
Setelah mendapat Informasi, kamu bisa mengirimkan uang sebesar yang ditentukan (
Tahun 2011 : 8040€)
4.7
Setelah mendapat konfirmasi bahwa rekeningmu sudah terisi uang dengan sejumlah uang yang diminta, kamu akan mendapatkan lampiran surat melalui E-mail dan surat itu adalah salah satu syarat untuk apply visa.
Sebaiknya sebelum Formulir dikirim, kamu scan dahulu
Formulir tersebut sehingga misalnya Deutsche Bank belum memberikan konfirmasi
Opening Account dalam waktu yang lama, kamu bisa mengirimkan Email ke mereka agar waktunya bisa dipercepat dan jangan lupa melampirkan Scan Formulir tersebut sebagai tanda kamu memang sudah
mengirimkannya.
5. Mendaftar Studienkolleg (Sekolah untuk Pre-College)
- Untuk persyaratan Pendaftaran kamu bisa liat di website Studienkollegnya
masing-masing atau bertanya melalui E-Mail. Daftar Studienkolleg bisa kamu lihat di :
http://www.studienkollegs.de
- Pendaftaran bisa melalui Uni Assist atau langsung ke Studienkollegnya ( tergantung permintaan masing-masing Universitas)
- Menunggu surat Undangan dari Studienkolleg
Penting!
Dokumen yang kamu kirim ke Studienkolleg adalah Dokumen yang sudah di fotokopi
legalisir.
6. Membuat janji untuk apply Visa
7. Apply
Visa!
Kamu juga bisa konsultasi mengenai pendidikan di jerman ke
Kantor DAAD :
DAAD Jakarta Office
Jl. Jend. Sudirman, Kav. 61-62
Summitmas II, Lantai 14,
Jakarta 12190
Tel.: +62 (21) 520 08 70, 525 28 07
Fax: +62 (21) 525 28 22
E-mail: info@daadjkt.org
Info Langkah-langkah ini saya tulis seperti yang saya lakukan dahulu. Tidak menutup kemungkinan bahwa banyak cara lain yang bisa juga dilakukan :D
Yap ini lah perjalanan singkat saya menuju ke Jerman. Memang tidak lengkap, tapi semoga bermanfaat buat
kalian yang membaca. Semoga
jadi motivasi juga untuk melanjutkan studi di Jerman. Yuk penuhin Jerman dengan
orang Indonesia hehe..